MEYDA Tiara Kusuma Wardani, 16, remaja Wonogiri, Jawa Tengah, yang sempat hilang setahun lalu mengungkapkan alasannya kabur dari rumah. Dia nekat keluar rumah dan menghilang lantaran tidak nyaman dengan kondisi di keluarganya, khususnya perlakuan sang ayah kepadanya.
Pengakuan Meyda itu muncul saat ia bertemu dengan pendamping dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri, Ririn Riyadiningsih. Ririn mengatakan, Meyda masih trauma dengan konflik yang terjadi antara dirinya dengan sang ayah.
Dari hasil pendampingannya, Ririn mengungkap bahwa awal kepergian Meyda erat kaitan dengan kondisi tidak nyaman di keluarga. Kemarin, setelah melakukan pendampingan, kami langsung mencari Ketua RW setempat. Saya menunjukkan kondisi sebenarnya dan di situ ada orang tua. Bahwa ayahnya, Gatot, mendidik anaknya terlalu keras,” kata Ririn.
Didikan keras
Baca Juga:Meski Meyda Sudah Ditemukan, Keberadaan Guru Silat Nurhayadi Masih SamarDenny Siregar Sindir Anies Baswedan yang Tidak Hadir dalam Rapat Paripurna DPRD DKI
Ririn menambahkan, berdasarkan keterangan warga dalam pertemuan itu, ayah Meyda, Gatot Subroto, dinilai terlalu keras mendirik anak. Kepada Ririn, Gatot menyampaikan alasannya mendidik Meyda dengan keras adalah kebiasaan remaja Wonogiri itu pulang malam.
malam-malam hingga membuat ayahnya jengkel. Kemudian, sang anak tidak terima karena ayahnya bicara keras di depan teman-temannya. Itu sebenarnya yang membuat sang anak trauma dan pergi ke rumah neneknya,” ucapnya.
Meyda yang berulang kali pulang malam mendapat perlakuan yang membuatnya tidak nyaman. “Meyda yang berulang kali pulang malam tak memiliki arahan yang membuat dia nyaman. Justru yang didapat perilaku kasar dari orang tua. Hal tersebut bertentangan dengan jiwa si anak,” ungkap dia.
Tinggal di rumah nenekSaat ini, remaja Wonogiri yang sempat hilang hampir setahun itu memilih pulang ke rumah neneknya di Kecamatan Girimarto. “Dia lebih nyaman di sana dan itu tidak masalah. Tetapi kami juga terus memberi motivasi bahwa boleh nyaman, tetapi harus bisa berpikir apa yang harus dilakukan ke depan. Tidak boleh terus berdiam diri,” imbuhnya.
Pendamping dari P2TP2A Wonogiri itu menawari Meyda mengikuti pelatihan guna mengobati mentalnya selama enam bulan di sebuah asrama Kabupaten Sukoharjo. Menurutnya hal itu perlu dilakukan karena anak tersebut tak bisa hanya berdiam diri di rumah saja untuk mengobati trauma.