Boleh dikatakan, saat itu kekuatan Angkatan Perang RI, termasuk Kepolisian Negara RI, yang terkuat di antara negara-negara Asia, kecuali China. AURI (sebelum menjadi TNI AU) waktu itu dilengkapi beberapa skuadron jet tempur Mig-15, Mig-17, Mig-19, dan Mig-21 yang berpeluru kendali. Skuadron pengebom terdiri dari pesawat-pesawat Ilyushin-28 dan pengebom jarak jauh TU-16 dengan berpeluru kendali. Juga skuadron pesawat angkut Antonov dan sebagainya.
Angkatan Laut (AL) dilengkapi alutsista canggih, terdiri dari armada kapal perang jenis korvet, kapal perusak (destroyer) dan penjelajah RI-Irian, sebagai kapal bendera (flagship), termasuk 12 kapal selam. Ada juga motor torpedo boat untuk infiltrasi pasukan dan sukarelawan ke daratan Irian Barat. Korps Komando Operasional (KKO) AL bahkan dilengkapi tank-tank amfibi PT-76 dan peluncur roket berlapis Katyuscha.
Angkatan Darat dilengkapi tank-tank berat, kendaraan lapis baja modern, peluru kendali darat udara yang ditempatkan di sejumlah lokasi strategis di seluruh Indonesia, antara lain di Marunda, Pelabuhan Ratu, dan Pulau Sabang. Lengkap dengan radar-radar yang bisa mendeteksi seluruh angkasa Nusantara.
Baca Juga:Sentil Menteri soal Harga Pertamax dan Minyak Goreng Naik, Jokowi: Diceritain Dong ke RakyatMencekam, Pesawat Malaysia Airlines Menukik Tajam 7.000 Kaki, Jenis Pesawat Boeing 737-800
Polri tak ketinggalan. Satuan khusus Resimen Pelopor Brimob dibentuk. Resimen ini dilengkapi senjata khusus Armalite-15 (AR-15) sebagai senjata serbu dan penembak jitu. Untuk menduduki wilayah Irian Barat, dilakukan penerjunan pasukan khusus Resimen Pelopor dipimpin seorang mantan anggota DKP Presiden, Hudaya Maria.
Berkat kesigapan prajurit Indonesia, pesawat Pope akhirnya ditembak jatuh sehingga operasi militer di bawah komando Bung Karno dapat dilakukan. Hingga kini, jatuhnya pesawat Pope masih simpang siur. Versi pertama menyebutkan pesawat Pope ditembak jatuh oleh sebuah pesawat Mustang P-51 AURI yang dipiloti Ignatius Dewanto. Versi kedua, pesawat Pope jatuh karena tembakan meriam pasukan artileri Antiserangan Udara TNI.
Meskipun dapat menyelamatkan diri dengan parasutnya, Pope ditangkap pasukan TNI di sekitar Ambon. Setelah sembuh dari luka-lukanya, ia kemudian diseret ke Pengadilan Militer di Jakarta dan dijatuhi hukuman mati. Sebelum eksekusi dilaksanakan, istri Pope datang ke Jakarta dan menemui Bung Karno dengan menangis tersedu-sedu agar suaminya diampuni dan diberi grasi.