TERUNGKAPNYA intel Iran, Gaseem Saberi Gilchalan, yang memalsukan belasan paspor sebagaimana dilaporkan Kompas, Desember 2021, membuka ingatan saya saat intelijen AS dan Inggris berkeliaran di Indonesia sejak Indonesia merdeka hingga jatuhnya Presiden Soekarno.
Banyak kalangan tak mengetahui bahwa di era kepemimpinan Bung Karno sebagai presiden, Indonesia pernah diobok-obok oleh ulah Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat (CIA), yang berhasil masuk ke Indonesia. CIA masuk dengan berbagai cara dan muslihat yang luar biasa halusnya sehingga tidak terdeteksi oleh badan-badan intelijen Indonesia ataupun komunitas intelijen Indonesia.
Salah satu agen CIA itu adalah Bill Palmer. Sejak Pemerintah Indonesia hijrah ke Yogyakarta, 1946, Palmer sudah muncul dalam acara-acara di Gedung Negara Yogyakarta. Secara samar-samar masih terekam dalam ingatan penulis wajah dan sosok tubuhnya yang gempal, berbicara serius dengan Bung Karno.
Baca Juga:Sentil Menteri soal Harga Pertamax dan Minyak Goreng Naik, Jokowi: Diceritain Dong ke RakyatMencekam, Pesawat Malaysia Airlines Menukik Tajam 7.000 Kaki, Jenis Pesawat Boeing 737-800
Orangnya sangat ramah dan kelihatannya penuh humor karena pembicaraan keduanya diselingi tawa terbahak-bahak. Setelah perang kemerdekaan, untuk beberapa saat sosok Palmer menghilang bertahun-tahun. Tiba-tiba dia muncul lagi ketika penulis mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden ke AS pada 1956. Di Washington DC, ia datang berkunjung ke penginapan Presiden RI di Blair House. Seperti biasa, ia kemudian berbincang-bincang gembira dengan Bung Karno layaknya sahabat lama yang bertemu lagi. Namun, saat itu, tubuhnya sudah gemuk dan agak botak.
Saat hendak meninggalkan penginapan, ia menyodorkan uang 200 dollar AS kepada penulis. Katanya, untuk berbelanja. Ketika itu tak ada kecurigaan sedikit pun dari tim khusus Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang turut dalam rombongan. Mereka beranggapan yang bersangkutan seorang diplomat AS yang sudah dikenal baik sejak di Yogyakarta.
Selama di AS, yang bersangkutan muncul di beberapa kota yang dikunjungi Bung Karno, mulai dari New York, pusat industri mobil di Detroit, hingga pusat pendidikan pasukan khusus AA di Fort Bragg. Yang dilakukan hanya ngobrol-ngobrol dengan pejabat-pejabat Indonesia yang turut dalam rombongan. Sebut saja, Menlu Roeslan Abdulgani, Sekretaris Negara Mr Tamsil, dan Komandan DKP Mangil Martowidjojo.
Terkesan pertemuannya santai-santai saja. Pada 1957, Palmer muncul lagi di Istana Merdeka Jakarta. Saat itu, ia dikenal sebagai Direktur American Motion Picture Association Indonesia yang berkantor di gedung United States Information Service (USIS) di sebelah Istana Negara. Ketika pemberontakan separatis oleh PRRI di Padang, Sumatera Barat, pecah, peran intelijen AS terdeteksi oleh Badan Intelijen Angkatan Perang waktu itu. Intelijen AS terdeteksi turut aktif membantu PRRI dengan persenjataannya. Namun, waktu itu, tak ada tanda-tanda terkait dengan Bill Palmer.