MUSLIM Ukraina dilaporkan menghadapi bulan suci Ramadhan dengan pilu tahun ini. Bagaimana tidak, perang dengan Rusia masih terus teRjadi dan belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Ramadan dilalui dengan emosional karena banyaknya bom yang jatuh di negara itu. Belum lagi pemberlakuan jam malam, yang otomatis membuat sulitnya Ibadah seperti salat tarawih dilakukan.
Kami harus menyesuaikan semuanya,” kata Ketua Liga Muslim Ukraina Niyara Mamutova dikutip dari Al Jazeera.
Baca Juga:Pengaruh Wali Songo di Tanah Jawa: dari Padepokan, Wayang, dan SlametanSniper Ukraina Berjuluk ‘Arang’ Tebar Ancaman ke Operasi Militer Khusus Rusia
Niyara tak sendiri. Bersamanya di pusat Islam di Chernivtsi, terdapat sejumlah pengungsi Muslim lain yang berlindung dari perang.
“Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” ujarnya lagi
“Banyak Muslim pergi ke luar negeri. Tapi mereka yang masih di Ukraina membutuhkan dukungan,” tegasnya.
Muslim sendiri membentuk 1% komunitas Ukraina. Perlu diketahui Ukraina merupakan negara mayoritas Kristen Ortodoks.
Muslim Ukraina didominasi warga Turki. Namun ada juga warga asli dari Tatar Krimea.
Mamutova sendiri sebenarnya berasal dari Krimea. Tapi, akibat pendudukan Rusia tahun 2014, ia harus meninggalkan wilayah itu dan mengungsi ke Zaporizhzhia,
“Ketika kami tinggal di Krimea, kami tidak pernah berpikir bahwa kami harus pergi. Orang-orang kami dideportasi sebelumnya oleh (pemimpin Soviet Joseph) Stalin dan kakek-nenek serta orang tua saya selalu bermimpi untuk kembali,” katanya.
Baca Juga:Sejak 27 Maret KSAL Yudo Berada di Pentagon, Apa yang Dibahas?Perusahaan Induk TikTok ByteDance Dituding Mencuri Konten dari Instagram dan Snapchat, Begini Penjelasannya
“Ketika saya berusia dua tahun, pada tahun 1988, kami kembali (ke Krimea). Tetapi kemudian Rusia menduduki Krimea pada tahun 2014 dan kami mengerti bahwa kami tidak dapat melanjutkan kegiatan keagamaan kami, jadi kami pergi. Sekarang saya telah meninggalkan rumah saya lagi.”
Sementara itu, Isa Celebi mengatakan Ramadan tahun ini dilalui banyak orang dengan jauh dari rumah. Bahkan, banyak yang tinggal di mobil mereka.
“Kami selalu membuka rumah untuk orang-orang selama Ramadan ini atau perang. Kami akan membagikan roti kami,” katanya.
“Perang sangat mempengaruhi kami dan kami berjuang untuk bertahan hidup,” ceritanya.
“Bisnis saya telah sepenuhnya berhenti. Tapi saya yakin kita akan melihat akhir, mungkin dalam satu tahun, mungkin dua, tetapi pasti ada.”