PRESIDEN Rusia Vladimir Putin mengancam akan menutup pasokan gas jika negara-negara asing tak bersahabat karena tak mau membayar dengan rubel.
Putin sebelumnya telah menandatangani dekrit yang menegaskan negara pembeli gas harus membuka rekening rubel di bank Rusia sejak Jumat (1/4/2022).
Permintaan Putin ini dinilai sebagai aksi untuk meningkatkan nilai rubel, yang sempat terpukul oleh sanksi Barat.
Baca Juga:Metaverse, dan NFT Perlu Internet Cepat, Jaringan 5G Belum Merata di Indonesia!Kementeriaan Pertahanan Ukraina Sebut Tentara Rusia Membelot ke Ukraina, Bentuk Resimen Baru untuk Lawan Putin
Dengan dekrit yang dikeluarkan itu maka negara asing yang membeli gas Rusia harus membuka rekening di bank Rusia, Gazprombank dan mentransfer euro atas dolar AS ke bank tersebut.
Setelahnya, Gazprombank akan menukarkannya ke rubel yang kemudian digunakan sebagai pembayaran untuk gas.
“Tak ada yang menjual apa pun kepada kami dengan gratis, dan kami juga tidak akan bersedekah. Itu saja, kontrak yang berjalan akan dihentikan,” ancam Putin dikutip dari BBC.
Menurut pengamat dan peneliti dari Institut Studi Energi Oxford, Jack Sharples, meski pembayaran gas dengan rubel efektif pada Jumat, pembeli Eropa tak akan membayarnya hingga pertengahan Mei.
Menurutnya, hal itu tak akan menjadi ancaman segera bagi suplai gas.
Putin mengatakan peralihan pembelian ke mata uang rubel dimaksudkan untuk memperkuat kedaulatan Rusia.
Ia juga menegaskan akan mematuhi kewajibannya pada semua kontrak, asal negara-negara Barat juga memenuhi permintaannya.
Baca Juga:3 Tentara Rusia Tewas dan 25 Terluka akibat Serangan Lebah di UkrainaMahfud MD: Satgas BLBI Sita Tanah Obligor Senilai Rp19 Triliun
Rusia menggunakan gas dan minyak bumi milik mereka sebagai balasan atas sanksi yang diberikan Barat dan NATO kepada mereka atas serangan Rusia ke Ukraina.
Uni Eropa (UE) mendapat sekitar 40 persen pasokan gas dan 30 persen minyak dari Rusia.
Selain itu tak ada pengganti yang mudah jika pasokan tersebut diganggu.
Rusia diketahui memiliki pendapatan 400 juta euro atau setara Rp6,3 triliun per hari dari penjualan gas ke blok tersebut,
Selain itu, Rusia juga tak memiliki cara untuk mengalihkan pasokan ini ke pasar yang lain. (*)