Kabarnya Inflasi Lagi Tinggi, Tapi Kenapa Emas Malah ‘Longsor’?

Kabarnya Inflasi Lagi Tinggi, Tapi Kenapa Emas Malah 'Longsor'?
Emas/Net
0 Komentar

SEJARAH mencatat, saat harga barang dan jasa membumbung tinggi (inflasi), salah satu instrumen investasi yang menarik adalah logam mulia atau emas.

Sebelum mata uang fiat ada, pelaku ekonomi banyak menggunakan emas sebagai alat tukar. Jumlahnya yang terbatas dan tak bisa sembarang ditambang atau dicetak seperti uang fiat membuatnya cocok digunakan sebagai instrumen lindung nilai (hedging) saat kondisi ekonomi diterpa inflasi tinggi.

Dengan adanya kenaikan harga komoditas terutama energi dan pangan dunia, inflasi di berbagai negara mengalami kenaikan.

Baca Juga:Emak-emak Ngelus Dada, Jelang Ramadhan Emas Pegadaian Malah AnjlokLuhut Beri Sinyal, Pemerintah Bakal Naikkan Harga Pertalite dan LPG 3 Kg Naik Bertahap Mulai April

Di AS inflasi bahkan sampai tembus ke level tertinggi dalam 4 dekade. Kemudian di Inggris dan Eropa inflasi melonjak ke level tertingginya dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Di dalam negeri, kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi RI di bulan Maret tercatat mencapai level tertingginya sejak Mei 2020.

Namun sayang pekan ini harga emas justru malah melempem. Harga emas melorot hampir 2% dan berada di US$ 1.920/troy ons.

Penurunan harga emas salah satunya dipicu oleh anjloknya harga minyak mentah dunia setelah Presiden Amerika Serikat (AS) JoeBiden merencanakan untuk mengeluarkan cadangan minyak dari persediaan nasional sebesar 1 juta barel/hari selama 6 bulan atau sekitar 180 juta barel.

Sebagai informasi, pengeluaran cadangan minyak sebesar itu adalah yang tertinggi sejak 1974 dan pengeluaran cadangan minyak strategis ini hanya dilakukan ketika rantai pasok global sedang terganggu seperti sekarang ini dengan adanya konflik Rusia-Ukraina.

Di sisi lain pihak Rusia juga mengatakan bakal mengurangi aktivitas militernya di sekitar Ibu Kota Ukraina Kyiv secara signifikan yang semakin menekan harga minyak mentah.

Meskipun masih berada di kisaran dekat US$ 100/barel, namun harga minyak sudah ambles hampir 14% dalam sepekan terakhir.

Baca Juga:Duel Vicky Prasetyo Lawan Azka Corbuzier Bawa Cuan Bagi Deddy Corbuzier, Ditaksir MiliaranSergey Lavrov: Rusia dan China Bergerak Menuju Tatanan Dunia Multipolar yang Adil dan Demokratis

Ketika harga minyak longsor, maka ekspektasi inflasi tinggi yang berkelanjutan juga surut, apalagi dibarengi dengan rencana bank sentral AS The Fed yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Pengetatan moneter yang agresif akan berdampak pada pergerakan dolar AS juga. Dolar AS dan emas bergerak berlawanan arah alias berkorelasi negatif sehingga membuat harga emas menjadi tertekan. (*)

0 Komentar