“PELACUR adalah mata-mata yang paling baik di dunia. Dalam keanggotaan PNI (Partai Nasional Indonesia) di Bandung, terdapat 670 orang perempuan yang berprofesi demikian dan mereka adalah anggota yang paling setia dan patuh,” tulis Soekarno dalam buku berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, cetakan pertama tahun 1966.
Sungguh benar apa yang dikatakan pepatah “jangan melihat orang dari luarnya saja”. Karena hal ini benar-benar terbukti pada perempuan yang sering mendapat stigma negatif, pelacur.
Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki sumbangsih dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini diakui langsung oleh presiden pertama Indonesia, Soekarno. Jasa-jasa wanita kupu-kupu malam terhadap pergerakan revolusi Indonesia banyak yang dituturkan Soekarno pada Cindy Adams, penulis buku Sukarno An Autobiography as Told to Cindy Adams.
Baca Juga:Terkait Dukung Jokowi 3 Periode, APDESI Bantah Ada Campur Tangan Luhut Binsar PandjaitanTernyata Ini Alasan Patung Pria Yunani Kuno Dibuat Telanjang
Pengguna jasa wanita kupu-kupu malam ini kebanyakan para polisi kolonial, dari mereka para PSK mendapatkan banyak informasi. Selain itu, wanita tuna susila (WTS) ini juga ikut menyumbangkan uang dari keringatnya untuk kepentingan revolusi.
Tugas mereka menjadi sumber informasi mengenai musuh tak dapat digantikan oleh pihak manapun kala itu.
“Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku,” ujar Soekarno yang juga menyampaikan para PSK bukan saja penyumbang yang menyenangkan, tetapi juga penyumbang yang besar dalam revolusi Indonesia.
Dilansir dari akun Instagram @matahatipemuda yang mengutip dari buku Robert Cribb berjudul,”Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta“, mengisahkan mengenai penyelamatan terhadap Bung Karno dan pejuang lainnya saat dalam pengintaian Belanda oleh para PSK. Para PSK-lah yang membantu menyembunyikannya di rumah bordil yang jadi sarang mereka.
Selain membuat tempat persembunyian paling aman bagi para pejuang, hunian mereka juga dijadikan tempat penyelundupan senjata bagi para pejuang.
Dikisahkan ada sebuah gerakan bernama Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang punya tujuan menyerang Jakarta dalam menaklukan Jepang dan Belanda.
Dalam melaksanakan tujuan tersebut, pasokan senjata menjadi hal yang penting.
Maka, para PSK yang jadi penyelundup senjata bagi laskar sekaligus hunian mereka menjadi tempatnya. Keputusan Bung Karno mengikut sertakan PSK dalam revolusi oleh Soekarno pernah mendapatkan protes keras dari Ali Sastroamidjojo, tokoh PNI.