DI tengah perang dan desingan peluru yang masih terdengar di Ibu Kota Kyiv, Ukraina, sisi lain negara itu ikut terungkap. Ukraina ternyata telah lama menjadi ‘surga’ bagi pasangan yang ingin memiliki anak lewat metode surogasi atau surrogate. Banyak perempuan Ukraina yang menyewakan rahimnya untuk pasangan asing.
Sederhananya, surogasi adalah metode yang memungkinkan pasangan untuk memiliki anak darah dagingnya sendiri tanpa harus hamil. Kehamilan terjadi di rahim ibu pengganti. Dokter akan menyatukan sperma dan sel telur dari orang tua asli, lalu dipindahkan ke dalam rahim ‘ibu titipan’ sampai terjadi kehamilan dan melahirkan.
Menurut laporan CNN International, rata-rata wanita di Ukraina yang bersedia menjadi surrogate mother mendapat bayaran antara US$17.500 sampai US$25.000, atau sekitar Rp250 juta sampai Rp358 juta (kurs Rp14.338/US$). Hal itu diungkapkan oleh Ihor Pechenoga, seorang dokter di klinik yang menyediakan layanan surogasi.
Baca Juga:Ingatkan Calon Pembeli, Pihak Promotor Konser Justin Bieber: Hati-hati Terhadap Berbagai Bentuk PenipuanBukan Hal Mendesak, Legislator PAN Tolak Pengadaan Gorden Rumah Dinas DPR Rp 48.745.624.000
Praktek ini marak terjadi karena Ukraina punya aturan yang cukup longgar terkait surogasi. Di banyak negara Eropa lainnya, termasuk di Inggris, ketika seorang bayi lahir dari metode surogasi, nama ‘ibu titipan’ akan dicantumkan dalam akta kelahiran. Apabila dia menikah, maka nama suaminya juga dicantumkan dalam akta kelahiran si bayi. Namun, di Ukraina, nama orang tua yang akan ditulis sebagai ayah dan ibu si bayi adalah pihak ‘penyewa’ rahim. Hal ini tentu akan lebih memudahkan apabila mereka ingin membuat paspor dan membawa pulang sang bayi.
Setiap tahun, menurut laporan BBC News, setidaknya ada 2.000 bayi yang lahir dari metode surogasi di Ukraina. Orang tua asli dari bayi-bayi itu kebanyakan berasal dari luar negeri, seperti Kanada, Italia dan China.
Ukraina juga punya lebih dari 50 klinik reproduksi dan ada banyak agen, alias pihak ketiga, yang menjembatani pasangan asing dalam mencari wanita yang mau menyewakan rahimnya.
Salah satu agensi terbesar bahkan dilaporkan memiliki 500 ‘ibu pengganti’ yang tengah mengandung bayi orang lain. Namun, nasib mereka kini sedang terkatung-katung karena perang yang terjadi di negeri itu. (*)