Raden Santeri
Diceritakan, isteri Syekh Alimudin sedang sakit parah susah disembuhkan dan sudah berusaha diobati kemana-mana susah ditemukan obatnya, hingga suatu hari mendapat isyarat bahwa Syekh Alimudin harus pergi ke Gunung Ciremai. Sampai di Gunung Ciremai tiba-tiba ada yang melemparkan Syekh Alimudin sampai ke daerah Gunung Pring Magelang. Setelah sampai Gunung Pring Magelang Syekh Alimudin tidak sadarkan diri bahkan hilang ingatan sampai namanya sendiri lupa. Tapi sekalipun demikian Syekh Alimudin ibadahnya sangat luar biasa hingga oleh masyarakat Gunung Pring dinamainya dengan Raden Santeri. Di Gunung Pring beliau punya keturunan. Setelah dia sadarkan diri Syekh Alimudin kembali lagi ke Kuningan.
Metode Dakwah Syekh Abdul Malik
Cara berdakwah Syekh Abdul Malik tidak seperti berdakwah jaman sekarang menggunakan banyak media. Media yang ada pada saat itu menggunakan ilmu kesaktian dan banyak menmbantu orang atau menolong orang. Kesaktian yang dimiliki oleh Syekh Abdul Malik diantaranya memiliki ilmu ajian napak sancang yaitu kalau melintas sungai besar tidak pernah pakai perahu cukup dengan sendal bakiak.
Cara dakwah berikutnya adalah membantu dan menolong orang yang membutuhkan karena Syekh Abdul Malik memiliki sawah sangat luas dan hasil panennya dibagikan semua kepada masyarakat hingga masyarakat merasa tertolong dan akhirnya masuk Islam.
Baca Juga:Delegasi PBNU Bakal Kunjungi Palestina, Gus Yahya: Bangun Dialog Antara Nahdlatul Ulama dengan Bangsa PalestinaPeminat Hetero for Startup Bludak, Ganjar Pranowo: Dulu Ngeluh Susah Cari Kerja, Sekarang Ciptakan Peluang Kerja
Demikian sejarah singkat Mbah Abdul Malik bin Syekh Alimudin, beliau wafat dan dimakamkan di Desa Karangsari. Di depan komplek makam sekarang berdiri gedung MWCNU Kecamatan Waled.
Wallohu a’lam
Mustopa, penulis mantan Ketua PAC GP Ansor Waled 2002, (hasil wawancara dengan K Burhanudin Pengurus MWCNU Waled) Arena Komfercab XVI NU Kabupaten Cirebon