SAYA tertarik menuliskan peta politik Konfercab NU Cirebon. Sebab, menurut saya ini pengalaman baru terutama dalam Sejarah Konfercab NU Cirebon, bahkan boleh jadi se Indonesia.
Di Cirebon, dari 40 MWC NU, tampaknya sudah tidak bisa diganggu gugat untuk bersepakat secara aklamasi menunjuk KH. Aziz Hakim Syaerozie kembali memimpin PCNU pada periode mendatang.
Namun berbeda petanya di ranah kepemimpinan Syuriah. Dengan didukungnya Kyai Aziz oleh seluruh MWC NU, ini artinya menutup ruang bagi kyai-kyai di wilayah Cirebon Barat untuk menjadi Rois Syuriah. Peluang besar justru ada bagi kyai-kyai yang berdomisili di Cirebon Timur. Walaupun ini bukan aturan baku.
Baca Juga:Anggota Polres Tulang Bawang Kena OTT Propam Polda Lampung, Diduga Minta Uang PelicinKejagung Gelar Operasi Intelijen Peredaran Produk Impor Berlabel Produk Lokal, Jaksa Agung: Ditemukan Alkes-Tekstil hingga Garam Impor
Tradisi di Cirebon, bila Ketua Tanfidziyahnya berasal dari Barat, maka Syuriahnya harus berasal dari Cirebon Timur, atau sebaliknya. Sekali lagi ini bukan aturan baku. Melainkan hasil ijtihad para Kyai NU Cirebon masa lalu agar di timur dan Barat NU dapat terkontrol dengan baik.
Satu hal yang menarik bagi saya untuk menulis peta politik Konfercab PCNU Kab. Cirebon ini adalah kencengnya tarik ulur siapa yang berpotensi menjadi Rois Syuriah. Padahal, tarik ulur kepemimpinan NU biasanya ramai di ranah Tanfidziyah, namun kali ini justru berada di ranah Kepemimpinan Syuriah. Inilah yang membuat saya tertarik menulisnya.
Keterlibatan banyak pihak, terutama dari orang-orang yang berkepentingan dimomentum Pemilu dan Pilkada 2024, justru sangat dirasakan di ranah Syuriah. Mengapa demikian ? Mungkin kuatnya dukungan kepada Kyai Aziz membuat banyak orang yg berkepentingan di 2024 enggan berspekulasi lebih mendalam di ruang Tanfidziyah. Sementara di ruang Syuriah, Mereka menilai ada peluang untuk diisi kepemimpinannya dengan tokoh yang sejalan dengan orientasi politik 2024.
Di peta politik kepemimpinan Syuriah, ada tiga tokoh ulama dari Cirebon Timur yang santer disebut publik berpeluang menjadi Rois Syuriah. Diantara tokoh tokoh tersebut adalah KH. Wawan Arwani yang notabene sebagai incumben, KH. Faizin Adnan dan KH. Anis Mansur.
Kyai Wawan bukanlah tokoh yang asing di mata para nahdliyyin. Beliau adalah tokoh yang mengemban amanah sebagai Rois Syuriah berduet dengan Ketua Tanfidziyah KH. Aziz Hakim Syaerozie pada periode ini. Oleh karenanya, besarnya dukungan kepada tokoh kyai ini bukanlah hal yang aneh. Namun dinilai kedekatannya dengan Partai politik tertentu membuat tokoh-tokoh politik dari partai yang lain mencoba masuk ke ruang arena perebutan kepemimpinan Syuriah.