“Kami hanya melaksanakan pembelajaran tiga kali seminggu karena tempat tinggal anak-anak sangat jauh. Awalnya kami menyediakan nasi kotak untuk anak-anak, namun karena kendala finansial maka setiap pertemuan kami memberikan mereka makanan ringan, termasuk uang transport,” jelas Markus.
Sesuai data SDI Banti, jumlah siswa sekolah itu seluruhnya sebanyak 182 orang dari kelas 1 hingga kelas 6 dengan jumlah tenaga guru yang bertugas saat ini sebanyak empat orang.
Sebagian siswa kini sudah pindah seperti ke Sekolah Asrama Taruna Papua milik YPMAK dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Timika.
Baca Juga:Komisi X DPR Segera Panggil Menteri Nadiem Terkait Polemik Madrasah Tak Masuk Draft RUU SisdiknasDea OnlyFans Sebar Konten Pornografi Selama Setahun
Adapun keberlangsungan pendidikan di SDI Banti ke depan, kata Markus, sangat tergantung dari kebijakan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan Kepala Dinas Pendidikan Mimika Jenni O Usmani.
“Kami masih menunggu kebijakan dari Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan apakah nanti setelah liburan sekolah bulan Juli persekolahan di Banti akan diaktifkan kembali. Kami berharap sebelum sekolah diaktifkan harus didahului dengan pertemuan semua tokoh masyarakat, kepala suku, kepala kampung untuk mendengarkan langsung aspirasi mereka apakah siap bekerja sama dengan sekolah dan guru-guru, termasuk untuk melindungi keamanan guru-guru. Itu yang sangat penting,” ujar Markus. (*)