Taktik solid
Ukraina punya akses ke persenjataan perang modern, misalnya rudal Javelin. Pasukan Ukraina sangat kalah jumlah, namun mereka telah memanfaatkan posisi dan senjata mereka jauh lebih baik daripada lawan mereka.
Sementara Rusia cenderung memusatkan pasukan mereka dalam barisan kendaraan lapis baja yang lambat dan berat, seringkali berkerumun berdekatan, Ukraina berhasil melakukan taktik tabrak lari yang dieksekusi dengan baik, menyelinap dan menembakkan rudal anti-tank, kemudian menghilang sebelum Rusia dapat membalas tembakan.
Sebelum invasi, pelatih militer NATO dari AS, Inggris, dan Kanada menghabiskan waktu lama di Ukraina, mengajarkan pasukannya taktik-taktik terbaru perang defensif dan cara-cara memanfaatkan sistem rudal canggih seperti Javelin atau senjata anti-tank NLAW yang dirancang Swedia, atau versi terbaru dari rudal anti-pesawat Stinger.
Baca Juga:Bareskrim: Identitas Pemilik Aplikasi Binomo Berada di Dalam NegeriDemokrat Kubu Moeldoko Sebut Pelaku Korupsi Hambalang Bersembunyi di Kubu AHY
“Ukraina jauh lebih cerdik daripada Rusia,” kata Prof Clarke, “karena mereka telah melawan dengan sesuatu yang lebih mirip dengan operasi senjata gabungan sedangkan Rusia belum”.
Maksudnya adalah mereka telah memanfaatkan sepenuhnya semua alat militer yang mereka miliki, seperti drone, artileri, infanteri, tank dan perang elektronik.
Ketika digabungkan, semua aspek peperangan yang berbeda ini dapat menciptakan efek eksponensial yang jauh lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.
Ahli strategi militer lainnya, Justin Crump, kepala lembaga konsultansi intelijen Sibylline, mengatakan Ukraina telah sangat mahir dalam mencari titik-titik rentan dalam formasi Rusia dan menyerang mereka dengan keras.
“Ukraina menggunakan taktik yang sangat efektif,” katanya, termasuk menyasar titik-titik lemah Rusia seperti konvoi pasokan, menggunakan sistem senjata yang dipasok NATO secara efektif terhadap target presisi dan berimprovisasi bila diperlukan.
Meskipun sulit untuk mendapatkan gambaran akurat tentang jumlah korban jiwa, bahkan perkiraan konservatif dari Pentagon menyatakan kematian di pihak Rusia sudah mencapai lebih dari 7000 orang. Itu hampir setengah dari jumlah pasukan Uni Soviet yang mati dalam sepuluh tahun pertempuran di Afghanistan, dan ini baru satu bulan perang.
Tom Foulkes juga punya penjelasan mengapa begitu banyak jenderal Rusia terbunuh di garis depan: “Ini terdengar bagi saya seperti operasi penembak jitu yang terencana dan sangat sukses, yang dapat mengikis struktur komando Rusia.”