PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendeklarasikan perang dingin baru selama pidatonya di Warsawa pada akhir pekan lalu. Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Polandia Jacek Czaputowicz mengungkapkan hal itu pada Senin (28/3/2022).
“Kunjungan Presiden Biden memiliki dimensi global dan bersejarah. Pertunjukan di pelataran istana kerajaan dibangun sedemikian rupa untuk membuka babak baru dalam sejarah. Dalam pidato ini, presiden Amerika Serikat mendeklarasikan perang dingin baru,” ungkap Czaputowicz dalam wawancara dengan harian Rzeczpospolita.
Czaputowicz membandingkan pidato Biden dengan pidato mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill yang disampaikan di Fulton pada 1946, ketika dia menceritakan tentang “tirai besi”.
Baca Juga:Tensi Panas! Biden Lontarkan Pernyataan Keras Sebut Putin Tak Bisa Terus Berkuasa16 Teroris Jaringan Negara Islam Indonesia Ditangkap di Sumbar
Mengakhiri tur Eropa-nya, Biden mengatakan dalam pidato Sabtu di Ukraina bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “tidak dapat tetap berkuasa”.
Biden juga menyebut Putin “tukang jagal” hingga memicu reaksi keras di Moskow.
Pada saat yang sama, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia tidak akan menggunakan kata-kata seperti itu, karena dapat mengakibatkan eskalasi dengan Moskow.
Beberapa politisi Amerika mengecam retorika Biden yang justru makin memperkeruh konflik Ukraina tersebut.
Pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, kemudian mencatat bahwa pernyataan Biden tentang Putin tidak mendukung perubahan rezim di Rusia, dan presiden AS sendiri menarik kembali pernyataannya.
Pidato kontraversi ini didedikasikan untuk situasi di Ukraina, di mana Rusia telah meluncurkan operasi militer khusus.
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan operasi itu pada 24 Februari sebagai tanggapan atas permintaan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) untuk membela mereka dari serangan pasukan Ukraina.
Baca Juga:Serangan ISIS di Utara Tel Aviv: Tewaskan 2 Tentara IsraelAda Distributor Jual Minyak Goreng Sistem Paket di Kotanya Gibran
Putin menyatakan bahwa tujuan dari operasi tersebut adalah demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. (*)