Terlahir sebagai petani Thrakia yang sederhana, Maximinus tidak memiliki dukungan apa pun di Senat Romawi. Pemerintahannya dimulai pada 235 Masehi, dan ditandai sebagai salah satu tirani, pengabaian, dan secara umum dianggap sebagai kegagalan. Pemerintahannya berlangsung dengan lemah, hanya selama tiga tahun.
Pada tahun 238 Masehi, rangkaian pemberontakan pecah. Tahun tersebut adalah tahun yang kacau dan kritis yang disebut Tahun Enam Kaisar.
Pemberontakan dimulai di provinsi Afrika dan dipimpin oleh dua gubernur regional, ayah dan anak – Gordian I dan Gordian II. Mereka mendapat dukungan dari Senat, yang jelas-jelas tidak menyukai Maximinus dan ingin dia disingkirkan. Tetapi Maximinus masih memiliki pendukung.
Baca Juga:Sambut Ramadhan, KlikFilm Hadirkan 2 Film Religi: Pulang dan Tuhan Minta DuitKilang Minyak Diserang Pemberontak Houthi, Arab Saudi Lancarkan Operasi Militer
Salah satu pengikutnya, gubernur regional Numidia, Capelianus, mengangkat pasukan dan secara meyakinkan mengalahkan pasukan Gordian di Pertempuran Kartago. Gordian yang lebih muda tewan dalam pertempuran, dan ayahnya yang sudah tua, Gordian I, setelah mendengar berita itu, gantung diri. Pemerintahan mereka sebagai kaisar hanya berlangsung selama 20 hari.
Dalam peristiwa kacau berikutnya, Maximinus Thrax dinyatakan sebagai musuh publik Romawi oleh Senat. Sebagai tanggapan, ia mengumpulkan pasukan dan mulai berbaris di Roma.
Untuk menentang kekuasaannya secara efektif, Senat membutuhkan kaisar yang berbeda, seseorang untuk menentang Maximinus. Tanpa calon yang cocok, mereka memilih dua senator, Pupienus Maximus dan Balbinus, untuk memerintah sebagai kaisar bersama.
Untuk membuat seluruh sandiwara ini semakin kacau, orang-orang secara terbuka menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap para penguasa baru. Mereka berkumpul menjadi massa dan menyapa kaisar gabungan baru mereka dengan tongkat dan batu.
Maximinus Thrax, dalam pawai militernya di Roma, menghadapi rintangan besar dari warga kota Aquileia. Mereka menentangnya dan menolak perjalanannya.
Maximinus terpaksa mengepung kota itu pada Februari 238. Pengepungan berlangsung hingga April, tanpa hasil. Kegagalannya dirasakan oleh pasukan, persediaan menipis dan oposisi umum terhadap pemerintahannya dari seluruh kekaisaran mulai terlihat.
Hal ini menyebabkan pasukannya meragukan kaisar yang mereka tunjuk hanya tiga tahun sebelumnya itu. Para pasukan memecahkan keraguan mereka dengan membunuh kaisar Maximinus Thrax, bersama putranya Maximus.