Setelah berjalan kaki sekitar 2,5 jam melewati hutan, kita akan disuguhkan dengan pemandangan sungai yang mengalir jernih dan bisa istirahat sebentar di sana.
Walaupun baru setengah jalan, semua rasa lelah di perjalanan dipastikan akan terbayar tuntas dengan gemercik air sungai pegunungan yang begitu damai dan jernih, suara-suara burung yang merdu dan terpaan angin yang sejuk.
Setelah menemui sungai, kita masih perlu mendaki lagi menyusuri pegunungan sekitar 30 menit perjalanan.
Baca Juga:Daya Alam Air Terjun Tegenungan Pikat Wisatawan DomestikBermula Hanya 6 Karyawan, 70 Layanan hingga Pendapatan Rp166 Triliun, Begini Fakta Menarik Rakuten E-Commerce Jepang
Berikutnya, kita akan menemui puncak ketinggian dan setelah mendekati kita dapat melihat serta menikmati pemandangan, salah satu keindahan alam Meratus di Kabupaten HST.
Di tempat ini pula terdapat air terjun Rampah Lingkaran Sawa dan kita akan menemui bebatuan besar dan pepohonan besar menjulang tinggi.
Air terjun empat tingkat yang memiliki ketinggian sekitar 50 meter itu, sangat indah, sangat cocok untuk swafoto dan mandi.
Seorang pakar, Prof Ibrahim Komoo yang melakukan verifikasi dan meninjau di Kalsel selama empat hari, terkait Geopark Pegunungan Meratus untuk menuju UNESCO Global Geopark (UGG) sudah melakukan serangkaian penelitian yang menyebutkan bebatuan tersebut mengarah ke batuan plagiogranit.
Menurut Prof Ibrahim, bumi Kalsel dengan Pegunungan Meratusnya sangat kaya dengan warisan kejadian bumi.
Salah satunya adalah batuan di bukit Langgara Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) yang termasuk jenis batu gamping paling tua di Meratus, yang terbentuk sejak zaman kapur.
Awal batu gamping ini merupakan batuan yang terbentuk di laut hasil pengendapan hewan laut jenis orbitulina. (*)