Pasukan tentara yang sangat besar ini adalah contoh nyata dari kekuatan multikultural Romawi, termasuk para pemanah Suriah dan kavaleri Spanyol. Selama berbulan-bulan, dalam kondisi tubuh yang sudah tua dan tidak sehat, Severus dibawa melalui lanskap Skotlandia untuk mencari musuhnya karena pasukannya menderita serangan gerilya saat mereka berbaris melalui wilayah asing.
Pada tahun 209, Severus berada di dekat Aberdeen bersama putranya yang tidak sabar, Caracalla, saat musim dingin mulai mendekat. Legenda mengatakan bahwa Caracalla berusaha membunuh ayahnya, tetapi tidak berhasil. Tidak mau mengakui kekalahan dari serangan gerilya lawan, Kaisar Severus mengeluarkan koin yang mengklaim kemenangannya melawan para pemberontak.
Merasa lelah dan dikhianati, Severus akhirnya menuju selatan melintasi Tembok Hadrian dan kembali ke York. Di kota itulah akhirnya ia mengembuskan napas terakhirnya karena usia dan kesehatannya yang makin memburuk.
Baca Juga:Tumis Pare Kerang, Menu Makan SiangNegara-negara Barat Boikot Vladimir Putin Ikut KTT G20
Menurut Cassius Dio, Severus merekomendasikan putra-putranya yang meneruskan takhtanya untuk menghindari kerusuhan dengan mengindahkan nasihatnya untuk “bersikap baik satu sama lain, memperkaya tentara, dan mengutuk sisanya.” Sayangnya, mereka tidak memperhatikannya.
Setelah kematian ayah mereka pada Februari 211, dan pemakamannya yang mewah, Caracalla dan Geta kembali ke Roma. Meskipun kedua saudara itu seharusnya memerintah bersama, persaingan mereka menyebabkan pembunuhan berdarah Geta di tangan saudaranya pada tahun yang sama, dengan Geta diduga sekarat di tangan ibunya.
Caracalla sendiri dibunuh pada tahun 217 oleh seorang tentara yang tidak puas. Impian Severus tentang Britania Romawi yang bersatu dan Dinasti Severn yang bertahan lama tidak pernah terwujud. (*)