NAMANYA disebut majalah Forbes dalam urutan ke-21 dalam jajaran 50 Orang Terkaya Indonesia dengan kekayaan US$ 2 milyar dan merupakan urutan 1.561 dalam orang paling tajir sedunia di 2021. Sukanto Tanoto adalah konglomerat pemimpin kelompok bisnis Royal Golden Eagle International (RGEI).
Bisnis terbesar Sukanto Tanoto berada dalam industri kertas dan pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL) dan industri perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical). Sukanto Tanoto alias Tan Kang Ho adalah pemain lama dalam bisnis kelapa sawit.
“Pada tahun 1970-an mendahului banyak pihak, Sukanto mulai membudidayakan kelapa sawit melalui perusahaannya Inti Indo Sawit Sejati,” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Long dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:306).
Baca Juga:Kemendagri Resmikan Aplikasi Sistem Informasi Kepegawaian, Ini Manfaat SikawanBantah Tudingan Barat, Kremlin: Rusia Gunakan Senjata Nuklir Jika Terancam
Sukanto bahkan dianggap Anthony Salim sebagai orang yang mengajari dirinya tentang kelapa sawit. Anthony Salim menyebut Sukanto Tanoto yang seumuran dengannya itu sebagai orang yang pintar. Dia memulai bisnisnya dari nol ketika ayah Anthony, Liem Sioe Liong sudah jadi orang kaya berkat banyak bisnisnya di era 1970-an.
Setelah Liem Sioe Liong terlibat dalam bisnis di Inti Indo Sawit Sejati, langkah Sukanto Tanoto dalam bisnis kelapa sawit ikut menjadi maju. “Bersama-sama mereka sebuah pabrik penyulingan minyak goreng di Medan dari Lam Soon (Singapura),” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng.
Sukanto Tanoto yang disebut Richard Borsuk dan Nancy Chng licin dan agresif ini berasal dari Medan. Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese Biographical Sketches (2015:305) menyebut dia lahir di Belawan, Sumatera Utara pada tepat hari natal 1949. Pernah SD Tionghoa di Belawan lalu SMA Tionghoa di Medan.
“Pada tahun 1966 ayahnya, yang menjalankan sebuah toko mobil, sakit dan Sukanto harus mengambil alih bisnis keluarga. Namun, ia tidak membatasi bisnisnya hanya pada mobil,” tulis Leo Suryadinata. Richard Borsuk dan Nancy Chng menyebut Sukanto kala itu sudah menjadi remaja yang penuh inisiatif ketika menjalankan bisnis ayahnya.
Sejak muda, Sukanto telah terjun ke bisnis kayu lapis. Dia membentuk CV Karya Pelita yang bergerak di bisnis kayu lapis pada tahun 1972 di Medan. Di tahun 1973 perusahaan ini berganti nama menjadi PT Raja Garuda Mas. Nama perusahaan itu lalu menjadi PT Raja Garuda Mas International lalu berubah lagi menjadi Royal Golden Eagle International (REGI).