Selama ini pembelian minyak menggunakan sistem petrodolar. Ini merupakan sebuah kesepakatan berlaku pada transaksi perdagangan minyak dunia, di mana setiap pembelian minyak yang dilakukan hanya bisa menggunakan dolar sebagai mata uang pembayarannya.
Sebenarnya kedekatan kedua negara, dikabarkan media asing sudar terjalin sejak Desember 2021. Arab Saudi disebut memproduksi rudal balistik dengan bantuan China.
CNN International melaporkan hal ini dari laporan badan intelijen AS. Gambar satelit yang diperoleh media itu bahkan menunjukkan bahwa kerajaan tengah memproduksi rudal di sebuah lokasi.
Baca Juga:Kapolda NTB: Pengamanan MotoGP 2022 Dapat Apresiasi Presiden JokowiHotel Berbintang di Cikini Jadi Tempat Prostitusi Anak di Bawah Umur, Polisi Amankan 13 Orang
Foto itu diambil oleh Planet, sebuah perusahaan pencitraan komersial, antara 26 Oktober dam 9 November. Operasi pembakaran terjadi di fasilitas dekat Dawadmi, Arab Saudi.
Foto itu diambil oleh Planet, sebuah perusahaan pencitraan komersial, antara 26 Oktober dam 9 November. Operasi pembakaran terjadi di fasilitas dekat Dawadmi, Arab Saudi.
“Bukti kuncinya adalah bahwa fasilitas tersebut mengoperasikan ‘lubang pembakaran’ untuk membuang sisa propelan padat dari produksi rudal balistik,” kata seorang ahli senjata dan profesor di Institut Studi Internasional Middlebury yang meninjau laporan tersebut Jeffrey Lewis.
“Fasilitas produksi rudal propelan padat sering kali memiliki lubang pembakaran di mana sisa propelan dapat dibuang dengan cara dibakar. Oleh karena itu, operasi pembakaran merupakan tanda kuat bahwa fasilitas tersebut secara aktif melakukan casting motor roket padat.”
Meski sekutu AS, Washington dan Riyadh panas karena isu pelanggaran HAM. Pembelian senjata oleh Arab Saudi ke AS pun sempat terhenti karena ini. (*)