ARAB SAUDI kini dilaporkan makin dekat dengan China. Padahal sebelumnya Negeri Raja Salman itu diketahui teman akrab Amerika Serikat (AS).
Setidaknya ada beberapa indikasi kedekatan. Mengutip Wall Street terbaru, salah satunya adalah kemungkinan lawatan Xi Jinping ke Arab Saudi, Mei nanti.
Arab Saudi disebut mengundang resmi Xi untuk memperkuat hubungan keduanya. Jika ia benar datang, ini akan menjadi kunjungan perdana Xi Jinping ke luar negeri, selama pandemi.
Baca Juga:Kapolda NTB: Pengamanan MotoGP 2022 Dapat Apresiasi Presiden JokowiHotel Berbintang di Cikini Jadi Tempat Prostitusi Anak di Bawah Umur, Polisi Amankan 13 Orang
Bukan hanya itu, Arab Saudi juga disebut sedang dalam pembicaraan aktif dengan China terkait penggunaan mata uang Yuan untuk membeli minyak. Hal ini disebut sebagai langkah baru guna mengurangi dominasi dolar AS di pasar minyak global.
Wall Street Journal juga menulis, pembicaraan ini sebenarnya sudah terjadi selama enam tahun terakhir. Namun ketidaksenangan Arab Saudi pada komitmen keamanan AS pada kerajaan beberapa dekade ini membuat pembicaraan kian gencar.
“Arab Saudi marah atas kurangnya dukungan AS untuk intervensi mereka dalam perang saudara Yaman dan atas upaya pemerintahan Biden untuk mencapai kesepakatan dengan Iran mengenai program nuklirnya,” tulis media itu mengutip sumber, dikutip delik.news, Kamis (24/3/2022).
“Para pejabat Arab Saudi mengatakan mereka terkejut dengan penarikan mendadak AS dari Afghanistan tahun lalu.”
China sendiri telah membeli lebih dari 25% minyak yang diekspor Arab Saudi. Jika dihargai dalam yuan, penjualan tersebut akan mendongkrak posisi mata uang China.
Arab Saudi juga mempertimbangkan untuk memasukkan kontrak berjangka berdenominasi yuan, yang dikenal sebagai petroyuan. China memperkenalkan kontrak minyak dengan harga yuan pada tahun 2018 sebagai bagian dari upayanya untuk membuat mata uangnya dapat diperdagangkan di seluruh dunia.
Menurut data dari Administrasi Umum Bea Cukai China, Arab Saudi adalah pemasok minyak mentah utama Tirai Bambu pada tahun 2021, disusul Rusia. Negara Islam itu menjual 1,76 juta barel per hari.
Baca Juga:Pernikahan Ketua Mahkamah Konstitusi dengan Adik Jokowi, Potensi Konflik Kepentingan di Lembaga Kekuasaan KehakimanCanda Gus Dur Ketika Suami-Istri Bunuh Orang Kafir
“Dinamika telah berubah secara dramatis. Hubungan AS dengan Arab Saudi telah berubah,” kata seorang pejabat Saudi yang mengetahui pembicaraan tersebut.
“China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia dan mereka menawarkan banyak insentif yang menguntungkan kepada kerajaan.”