SGC 4 anak perusahaan, yaitu, PT Gula Putih Mataram (GPM), PT Sweet Indolampung (SIL), PT Indolampung Perkasa (ILP), dan PT Indolampung Distillery (ILD). PT Indolampung Distillery memproduksi Etanol dan tiga anak perusahaan lain bergerak dalam produksi gula.
Dari kebun yang luasnya lebih dari 62.000 ha di Lampung itu, SGC yang dipimpin Gunawan Yusuf tetap menghasilkan gula. Aset industri gula mereka termasuk yang terbesar di Indonesia. Produk utama perusahaan Sugar Group adalah Gula Kristal Putih bermerek Gulaku.
Gunawan Yusuf dicatat sebagai salah satu tokoh Lampung dalam buku 100 Tokoh Terkemuka Lampung (2008:296) yang disusu Heri Wardoyo. “Direktur Sugar Group Companies ( SGC ) ini nasib pergulaan Tanah Air ikut ditentukan: 30 persen kebutuhan gula nasional mengalir dari Tulangbawang, lokasi pabriknya,” tulis Heri Wardoyo (2008:296).
Baca Juga:Invasi Rusia ke Ukraina Makan Korban Baru, Investor Asing Ramai Tinggalkan TaiwanKetua Mufti Dewan Pusat Muslim Rusia Talgat Tajuddin Dukung Vladimir Putin Lakukan Operasi Militer Khusus Rusia ke Ukraina
Sebelum menjadi pemilik dan pemimpin SGC hingga membuatnya layak disebut raja gula, laki-laki kelahiran Jakarta 6 Juni 1954 adalah bos dari PT Makindo Tbk. Menurut William Pratama Subagja dalam Kaum Supertajir Indonesia (2012:79) Makindo membawahi beberapa anak perusahaan seperti, PT Garuda Pancaarta dan PT Indo Lampung Perkasa. Kekayaannya mencapai US$ 295 juta.
Gunawan Yusuf, disebut Heri Wardoyo “memang bukan orang gula asli.” Dia orang sekolah lulusan Amerika. Makindo yang dipimpinnya anggota pendiri Jakarta Stock Exchange pada 1977 dan pelopor pembawa investor asing berpartisipasi di pasar modal Indonesia.
Gunawan Yusuf dulu berkawan dengan Teh Kong Siong, keturunan orang tajir dari Singapura, yang belakangan bersengketa Gunawan Yusuf. Konon Toh Keng Siong secara bertahap menanamkan uang Rp 1,13 triliun di PT Makindo Sekuritas Tbk milik Gunawan. (*)