“Fakta bahwa bahkan kaisar Romawi sedang sekarat dan para imam kafir tidak memiliki cara untuk menjelaskan atau mencegah wabah hanya memperkuat posisi Kristen. Pengalaman penyakit dan kematian yang meluas dan kemungkinan besar bahwa mereka sendiri akan mati membuat orang Kristen lebih bersedia untuk menerima kesyahidan” tulis Mos.
Orang-orang Kristen masih menghadapi penganiayaan meskipun semakin populer. Diocletian menganiaya orang-orang Kristen, mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa gereja-gereja dan manuskrip Kristen harus dihancurkan. Setiap orang merdeka yang menjadi orang Kristen harus diperbudak lagi dan bahwa orang-orang Kristen tidak dapat mencari jalan hukum jika mereka diserang. Perintahnya diberlakukan pada tingkat yang berbeda-beda di seluruh kekaisaran.
Perang saudara setelah pengunduran diri Diocletianus mengubah situasi umat Kristen secara dramatis. Sementara orang-orang saat ini kadang-kadang memberikan penghargaan tunggal kepada Konstantinus karena melegalkan Kekristenan, pada kenyataannya ada beberapa penguasa yang bersaing yang mengeluarkan dekrit yang melegalkan Kekristenan selama tahun 310-an.
Baca Juga:Begini Rasanya Jadi Budak di Zaman Romawi Kuno5 Makam Firaun Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan Masih dalam Keadaan Utuh
Pada akhirnya Konstantinus, yang merupakan putra dari salah satu dari empat kaisar, menang dalam perang saudara. Ia menjadi penguasa seluruh Kekaisaran Romawi pada 324 M, sebelum meninggal pada 337 M. Banyak orang Kristen kuno dan sejarawan modern percaya bahwa Konstantinus sendiri bertobat menjadi Kristen selama pemerintahannya dan dibaptis sebelum kematiannya.
Dalam dekade-dekade setelah kematian Konstantinus, Kekaisaran Romawi kembali jatuh ke dalam perang saudara. Meskipun Kekristenan secara bertahap tumbuh menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi pada tahun 380.
Runtuhnya Kekaisaran RomawiSelama pemerintahan Konstantinus ia memerintahkan pembangunan kota baru yang disebut Konstantinopel (Istanbul modern). Setelah kematiannya, keketurunan kaisar saling bertarung untuk menguasai kekaisaran.
Sebuah sistem secara bertahap mulai berlaku di mana ada satu kaisar yang mengendalikan bagian barat Kekaisaran Romawi sementara kaisar kedua (memerintah dari Konstantinopel) mengendalikan bagian timur. Kedua kaisar kadang-kadang bekerja bersama dan pada saat lain saling bertentangan.
Perpecahan tersebut juga dapat dilihat dalam agama Kristen, karena perbedaan antara pemuka agama di bagian timur dan barat kekaisaran. Perbedaan itu mengakibatkan munculnya Gereja Katolik Roma yang berbasis di barat dan gereja Ortodoks di timur.