WAKIL Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan bahwa pemerintah terus mewaspadai adanya risiko global yang mengalami eskalasi, meskipun kondisi pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut.
“Beberapa waktu lalu kita mendengar mengenai normalisasi moneter di Amerika Serikat. Kemudian belakangan kita melihat tensi geopolitik di Rusia dan Ukraina menjadi tereskalasi dan sekarang ini menjadi sumber risiko global yang cukup besar. Ini tentu sangat sangat harus kita waspadai,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Selasa, 22 Maret.
Menurut Wamenkeu, dampak langsung dari eskalasi di Eropa Timur membawa pengaruh pada harga energi dan komoditas pangan, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) yang mengalami kenaikan. Demikian juga dengan nikel meningkat dengan sangat cepat, sambung dia.
Baca Juga:KPK Dalami Proses Penerapan e-KTP Berujung Korupsi, Periksa Tim Teknis dari Ditjen Dukcapil KemendagriVladimir Putin Bakal Berkunjung ke Bali
“Di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, inflasi mencapai tingkat yang cukup tinggi, bahkan tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan volatilitas di global,” tuturnya.
Adapun, volatilitas pasar keuangan global juga mengalami kenaikan akibat sentimen geopolitik tersebut, meskipun beberapa hari terakhir sedikit mengalami penurunan. Namun, Wamenkeu menekankan bahwa tekanan pasar keuangan global ini harus terus diwaspadai.
“Ini semua bisa menjadi downside risk bagi prospek pertumbuhan global yang nantinya harus kita antisipasi ke dalam Indonesia,” tegas dia.
Untuk itu, pemerintah bersama dengan kebijakan sektor keuangan dan fiskal akan terus mewaspadai dampak rambatan tersebut terhadap kondisi ekonomi Indonesia.
“Kalau kondisi globalnya menjadi lebih volatile, kita mesti waspadai. Lewat channel keuangan seperti apa nanti dampaknya, lewat channel perdagangan juga bisa jadi ada dampak, dan kemudian di domestik dampaknya pada inflasi, dampaknya pada pertumbuhan harus kita monitor dan antisipasi bersama,” jelas dia.
Wamenkeu berharap pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2022 akan tumbuh lebih baik, sejalan dengan tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di Indonesia.
“Tahun ini moga-moga kita masih mendapatkan kombinasi antara dorongan pemulihan, pertumbuhan ekonomi akibat dorongan pemulihan maupun dorongan angka pertumbuhan ekonomi yang karena tahun lalunya masih slightly negatif. Ini semacam technical rebound kita masih dapatkan,” tutup Wamenkeu Suahasil Nazara. (*)