NASIONALIS sedang merencanakan serangan kimia di beberapa wilayah Ukraina jika pasukan Rusia memasuki wilayah ini, kata Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia.
Jelang sebulan invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu, intensitas saling serang kedua negara semakin meningkat, menyebabkan jumlah pengungsi, korban luka dan korban tewas terus bertambah, termasuk anak-anak.
“Nasionalis telah menempatkan ranjau di fasilitas penyimpanan amonia dan klorin di pabrik kimia Sumykhimprom di Sumy, untuk meracuni penduduk wilayah Sumy jika pasukan Rusia memasuki kota,” katanya, dikutip dari TASS 21 Maret.
Baca Juga:Bagi Pelanggan Konten Digital, Majalah Time Terima Token ApeCoinPanglima TNI Minta Seluruh Dandim di Wilayah Papua dan Papua Barat Tak Bermain Proyek Pengamanan
“Di pemukiman Kotlyarovo, wilayah Nikolayev, militan unit nasionalis merencanakan provokasi dengan penggunaan bahan kimia beracun. Untuk tujuan ini, mereka telah menempatkan wadah dengan bahan kimia beracun di gedung sekolah menengah, yang akan meledak ketika Rusia pasukan mendekati pemukiman,” tutur Mizintsev.
“Kami memperingatkan seluruh dunia beradab dan organisasi internasional tentang provokasi sinis pihak berwenang Ukraina, yang, jika terwujud, akan disalahkan pada pasukan Rusia, karena telah dilakukan lebih dari sekali,” tegasnya,
Mizintsev menambahkan, hal itu dilakukan dengan dukungan dari Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa, yang menganggap Ukraina sebagai instrumen kebijakan anti-Rusia.
Lebih jauh, dia juga menceritakan tentang beberapa pelanggaran yang dilaporkan oleh markas besar koordinasi respon kemanusiaan Rusia di Ukraina. Misalnya, praktik yang dilakukan radikal dari batalyon pertahanan teritorial, memeras uang dari warga sipil di pos pemeriksaan, di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Chernigov dan Kiev dengan dalih mengumpulkan dana untuk tentara Ukraina.
“Biaya bagi mereka yang mencoba melarikan diri ke Rusia dua kali lebih tinggi. Hal yang paling sinis adalah, jika orang kekurangan cukup uang, para radikal merebut mobil mereka dan mengirim orang kembali dengan berjalan kaki,” kritiknya. (*)