KASUS Kanti Utami, seorang ibu muda di Desa Tonjong, Kabupaten Brebes yang tega gorok anak kandungnya ternyata memiliki masa kecil yang tertekan. Menurut psikolog anak Dr. Seto Mulyadi, S.Psi, M.Si, trauma masa kecil tidak akan hilang, bahkan bisa terbawa hingga akhir hayat.
“Iya, memang anak-anak yang penuh tekanan di masa kecil kalau tidak ada kesempatan untuk dikeluarkan, apakah pada saat remaja, pada saat dewasa, itu akan terus terbawa sampai akhir hayatnya,” kata Seto Mulyadi di Jakarta, Senin, (21/3/2022).
Pria yang akrab disapa kak Seto itu menambakan, ketika seorang ibu terus menerus mendapatkan tekanan dan tidak tertahankan, dari masa kecilnya hingga menjadi orang dewasa, hal ini akan membahayakan orang lain. Terlebih, Kanti, yang menjadi pelaku kasus ibu gorok anak itu mengaku suaminya menjadi pengangguran, dan terhimpit masalah ekonomi.
Baca Juga:Sirkuit Mandalika Resmi Kantongi Homologasi Grade A dari Federasi Sepeda Motor Internasional, Bisa Gelar Balapan MotoGPHarga Eceran Tertinggi Dicabut, Keberpihakan Mendag Bukan ke Rakyat, Pengusaha Panen Besar
“Jadi kemiskinan di pandemi itu kan kemiskinan di mana-mana. Sampai seolah-olah, tidak ada harapan hidup dan sebagainya. Di satu sisi sayang, di satu sisi enggak tega, dari pada terus seperti saya begini (sedih terus), jadinya melakukan hal itu (membunuh anaknya),” tambahnya.
Kak Seto menekankan, membunuh anak adalah tetap saja tidak bisa dibenarkan meski dengan alasan untuk melindungi buah hatinya agar tidak menderita ketika menjalani hidup.
“Yang penting saya cinta kepada anak-anak saya, jadi saya lakukan. Membunuh adalah kekerasan, karena rasa cinta, ya sudah. Tetap itu tidak bisa dibenarkan,” tegasnya. (*)