PERUSAHAAN Ukroboronprom asal Ukraina siap membayar uang sebesar US$1 juta atau setara Rp14 miliar lebih untuk setiap pesawat Rusia yang berhasil dibajak atau ditangkap.
Janji ini disampaikan Pemimpin Partai Sluha Narodu David Arakhamia melalui laman Facebook resminya. Dalam pernyataan yang ia buat 8 Maret lalu, David juga berkata siap memberi uang sebesar US$500 ribu bagi helikopter Rusia yang berhasil disita dan masih bisa digunakan.
“Pilot Federasi Rusia yang siap berpartisipasi dalam program ini akan mendapat jaminan mendapat kewarganegaraan di negara yang bebas,” kata David dikutip Minggu (20/3/2022).
Baca Juga:Repsol Honda Putuskan Marc Marquez Absen Balap di MotoGP, Gegar Otak?Viral Minyak Goreng 2.500 Ton Tumpah di Laut Senilai Rp37 Miliar
Mengutip Popular Mechanics, tawaran Ukraina tersebut kerap digunakan di masa lampau oleh beberapa negara saat hendak menghadapi konflik dengan negara lain. Akan tetapi, tawaran ini tak selalu berdampak positif.
Selama Perang Korea misalnya, AS memiliki Operasi Moolah sebagai upaya mereka merebut pesawat tempur top-of-the-line Uni Soviet, MiG-15, dengan membujuk seorang pilot Korea Utara untuk membelot dengan iming-iming uang US$100 ribu. Seorang pilot bernama No Kum Sok akhirnya mengambil tawaran itu.
Kemudian, pada 1966, Kapten Angkatan Udara Irak Munir Redfa membelot ke Israel dengan pesawat tempur MiG-21-nya, meskipun ia melakukannya dengan beberapa paksaan oleh intelijen Israel. Redfar mendapat imbalan sebesar US$ 1 juta.
Awal bulan ini, CEO Ukroboronprom Yuri Gusev juga membagikan penawaran tersebut di Facebook. Postingan Gusev kini sudah hilang, tapi tidak dengan informasi dari David Arakhamia.
Ukraina memiliki alasan dibalik janjinya ini. Pertama, mereka menduga pilot Rusia mungkin sudah tidak puas dengan perang dan rentan tergoda tawaran semacam itu.
Kedua, Ukraina juga dilaporkan sudah menghancurkan setidaknya 24 pesawat, dari pesawat tempur hingga helikopter serang, milik Rusia. Terakhir, pilot Rusia disinyalir masih memiliki etika perang dan takut akan ancaman runtuhnya perekonomian negaranya.
Apabila tawaran Ukraina disambut pilot Rusia, maka pesawat tempur canggih seperti Sukhoi Su-35 “Flanker-E” atau jet tempur Su-34 “Fullback” dapat dijual ke negara-negara koalisi untuk analisis teknis. Selama Perang Dingin, Angkatan Udara AS dan Central Intelligence Agency (CIA) sudah mengumpulkan pesawat asing di bawah program yang disebut Constant Peg/ Program ini masih berlangsung setidaknya hingga 2017 lalu.