RUSIA memikirkan untuk menggunakan senjata nuklir dalam serangan ke Ukraina. Ini terlihat dari permintaan Presiden Vladimir Putin untuk bersiap menempatkan pasukan pencegahan.
“Saya memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia untuk menempatkan pasukan pencegahan tentara Rusia ke dalam mode layanan tempur khusus,” kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi, akhir bulan lalu.
Pasukan pencegahan yang dimaksudkan itu termasuk mengenai kekuatan nuklir. Senjata yang dimiliki Rusia juga tak main-main.
Baca Juga:Vladimir Putin vs Volodymyr Zelensky, Siapa Terkaya?Bantah Media Barat, Rusia Tegaskan Tujuan Operasi Khusus Tidak Menargetkan Warga Sipil atau Menggulingkan Presiden
Pada 2021, sejumlah sumber mengatakan Rusia memiliki 6.257 hulu ledak nuklir. Negara tersebut tercatat memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) yang memiliki 5.500 hulu ledak nuklir pada waktu yang sama.
Namun dari jumlah itu, Asosiasi Kontrol Senjata AS mengatakan banyak yang tidak segera tersebut. Jumlahnya mencapai 1.760 hulu ledak ‘dipensiunkan’ dan menunggu pembongkaran.
Berarti hanya ada 4.497 hulu ledak yang aktif. Itupun tidak semua dikerahkan, artinya dalam posisi di mana bisa ditembakkan dalam hitungan menit jika ada permintaan serangan nuklir.
Sementara itu, 1.458 hulu ledak nuklir Rusia dikerahkan pada rudal balistik antarbenua, rudal balistik pada kapal selam, dan pembom strategis. Angka tersebut tersedia dari New START, sebuah perjanjian pengurangan senjata nuklir antara AS dan Rusia. Termasuk di dalamnya adalah pembagian angka hulu ledak nuklir terbaru tiap enam bulan.
Namun nampaknya penggunaan nuklir pada serangan Ukraina masih terlalu jauh. Sebab tahun 2020 lalu, doktrin nuklir Rusia menyatakan negara itu hanya akan menggunakan serangan nuklir hanya satu dari empat kasus saja.
Kasus tersebut adalah saat rudal balistik ditembakkan ke Rusia atau wilayah sekutu, ketika musuh menggunakan senjata nuklir, tanggapan pada serangan situs senjata nuklir Rusia, terakhir tanggapan atas serangan yang mengancam keberadaan Rusia.
Belum ada pemahaman jelas mengenai arti pernyataan Putin itu. Namun sejumlah pihak telah angkat bicara.
Baca Juga:Sistem Medis Ukraina Terkena Serangan Rusia, WHO: Butuh BantuanDinilai Gagal Urus Migor, Sudah Saatnya Mendag Lutfi Dipecat
Pejabat senior Departemen Pertahanan AS mengatakan Putin menggunakan kemampuan nuklir Rusia tidak perlu diambil, juga langkah yang meningkat. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengkritik ucapan Putin kala itu.