AMERIKA Serikat dan Inggris meningkatkan tekanan pada Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak dan bergabung dengan upaya untuk mengisolasi Rusia, sementara Riyadh telah menunjukkan sedikit kesiapan untuk menanggapi dan telah menghidupkan kembali ancaman untuk membuang dolar dalam penjualan minyaknya ke China.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terbang ke pengekspor minyak mentah terbesar dunia pada Hari Rabu, sehari setelah penasihat keamanan AS Brett McGurk tiba dengan delegasi AS.
Arab Saudi dan tetangganya Uni Emirat Arab, yang merupakan salah satu dari segelintir produsen dengan kapasitas cadangan, telah menolak seruan Barat untuk lebih banyak minyak mentah, guna ‘mendinginkan harga yang panas’ dan tetap berpegang pada pakta pasokan OPEC+ dengan Rusia dan lainnya.
Baca Juga:Panggil Mendag, Ketua DPR Ingin Minta Penjelasan soal Pencabutan Harga Eceran Tertinggi Minyak GorengAmerika Serikat Pertimbangkan Hapus Garda Revolusi Iran dari Daftar Teroris, Israel Ketar-Ketir
McGurk dan pejabat AS lainnya bertemu dengan pejabat senior Saudi pada hari Selasa, mendesak mereka untuk memompa lebih banyak minyak dan menemukan solusi politik untuk mengakhiri perang di Yaman, di mana pasukan pimpinan Saudi memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran, kata dua sumber.
“Anda salah jika berpikir Washington akan menyerah pada dua file ini,” salah satu dari dua sumber, yang mengetahui dengan diskusi tersebut, mengatakan kepada Reuters, seperti dikutip 17 Maret.
Sementara, seorang pejabat senior Pemerintah AS mengatakan McGurk berada di Timur Tengah untuk “membahas berbagai masalah, termasuk Yaman”, tetapi menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Terpisah, Perdana Menteri Inggris menggambarkan Arab Saudi dan UEA sebagai “mitra internasional utama” dalam upaya untuk menyapih dunia dari hidrokarbon Rusia, memberi tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin setelah Moskow menginvasi Ukraina.
Namun Abdulkhaleq Abdulla, seorang analis politik terkemuka Emirat, mengatakan PM Johnson seharusnya tidak berharap banyak. “Boris akan kembali dengan tangan kosong,” tulisnya di Twitter.
Pemerintah Saudi tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari kunjungan AS dan Inggris.
Untuk saat ini, Arab Saudi tidak menunjukkan tanda-tanda meninggalkan pakta pasokan minyak yang dibuat antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, yang telah melihat kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ hanya menaikkan produksi minyak secara bertahap.