PAGI tadi, sekitar pukul 08.00 WIB, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mendatangi gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dia bertemu KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang juga kawan lamanya.
“Ini pertemuan dengan sahabat lama yang sudah saya kenal sejak beliau jadi Kapolda NTB,” kata Gus Yahya, usai bertemu Firli di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa 15 Maret seperti dikutip dari laman resmi NU Online.
Hampir dua jam lamanya, Firli dan Gus Yahya berdiskusi. Sebagai informasi, ini bukanlah kunjungan resmi melainkan lebih pada kunjungan teman yang telah lama tidak bertemu. Firli sendiri datang cuma ditemani beberapa staf.
Baca Juga:Jangan Coba-coba, Pelaku Penimbun Minyak Goreng di Bengkulu Terancam Pidana 7 Tahun PenjaraGibran Rakabuming Masih Isoman, Pemkot Surakarta Bilang Kasus COVID-19 Mulai Terkendali
Pertemuan digelar di ruang Ketua Umum PBNU lantai dua dengan konsep santai. Berbagai hal juga dibicarakan antara Firli dan Gus Yahya.
“Dalam pertemuan ini, kami melakukan pembicaraan dari hati ke hati tentang berbagai masalah, antara dua sahabat lama, menyangkut semua isu, khususnya fenomena korupsi yang terjadi dewasa ini,” kata Gus Yahya.
Meski pertemuan santai, namun Gus Yahya secara resmi menyatakan keinginan PBNU bekerja sama dengan KPK untuk memberikan pelatihan antikorupsi kepada jajaran PBNU hingga tingkat PCNU atau tingkat kabupaten/kota.
“NU membutuhkan KPK karena ada banyak agenda kerja sama dengan pemerintahan yang eksekusinya dilakukan cabang. Sehingga mereka (cabang) harus tahu parameter yang benar supaya pelaksanaan program dilaksanakan dengan bersih,” kata Gus Yahya.
Dalam kesempatan ini, Gus Yahya juga menawarkan kerja sama antara PBNU dan KPK tentang kampanye anti-korupsi yang lebih luas dan membangun kesepahaman NU dan KPK.
“Karena NU berkepentingan seluruh ekosistem NU betul-betul bersih dari korupsi. Semuanya, lembaga, banom atau entitas apa pun yang terkait dengan NU harus bersih dari korupsi. Sehingga NU bisa berperan membangun budaya anti-korupsi,” kata Gus Yahya. (*)