MILITER Ukraina membantah melancarkan serangan rudal ke kota Donetsk yang dikuasai separatis, setelah Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan 23 warga sipil tewas dalam serangan rudal Ukraina.
Otoritas Rusia juga mengatakan rudal Tochka-U yang digunakan dalam serangan tersebut juga telah melukai 28 orang di kota Ukraina timur, dalam apa yang digambarkan sebagai ‘kejahatan perang’.
Sebelumnya pada Hari Senin, seorang pemimpin separatis lokal telah mengatakan kepada kantor berita Rusia TASS, rudal Tochka-U telah dicegat di atas kubu pemberontak, tetapi bagian-bagiannya telah mendarat di pusat kota.
Baca Juga:Jepang Mendesak Perusahaan Kripto untuk Ikuti Arahan Sanksi Barat Terhadap RusiaRaup Dividen Rp1,65 Triliun, Saratoga Milik Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno Tekun Investasi di Pasar Saham dan Startup
Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin mengatakan, akibat hal tersebut daerah pemukiman rusak.
Orang-orang mengantri di dekat ATM dan berdiri di halte bus,” katanya kepada jaringan Rossiya 24, seperti dikutip dari Al Jazeera 15 Maret.
“Ada anak-anak di antara yang mati,” tambah Pushilin.
Sementara itu, otoritas militer Ukraina dengan cepat menyangkal tuduhan serangan itu.
“Ini jelas roket Rusia atau amunisi lain, bahkan tidak ada gunanya membicarakannya,” tukas juru bicara militer Ukraina Leonid Matyukhin dalam konferensi pers yang disiarkan televisi.
Ditanya tentang laporan serangan Ukraina di Donetsk, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan itu adalah tragedi.
Baik korban tewas dan insiden itu tidak dapat diverifikasi secara independen. Sementara, wilayah tersebut telah dikendalikan oleh pemberontak pro-Rusia sejak 2014.
Laporan serangan itu muncul saat negosiator Ukraina dan Rusia bertemu untuk pembicaraan putaran keempat, sejak Rusia menginvasi negara tetangganya pada 24 Februari. Pembicaraan berakhir setelah beberapa jam tanpa terobosan.
Baca Juga:Berikut 4 Idol K-Pop Ini Disebut Mirip dengan Jungkook BTS, Simak Nomor 2Volodymyr Zelensky Ajukan RUU Perpanjangan Darurat Militer di Ukraina
Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tujuan perangnya di Ukraina, yang ia sebut sebagai operasi militer khusus adalah demiliterisasi dan denazifikasi Pemerintah Ukraina.
Dia mengklaim Kyiv telah melakukan genosida terhadap penduduk berbahasa Rusia di wilayah Donetsk dan Lugansk, yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas, tempat tentara Ukraina memerangi separatis yang didukung Rusia sejak 2014. Ukraina menyangkal tuduhan tersebut. (*)