Nyi Gedeng Pancuran memberi nasehat agar Cirebon tidak usah memburu para Pemberontak, biarkan pemberontak itu menyerbu Cirebon, barulah ketika mereka menyerbu dengan kekuatan penuh habisi dan tangkap seakar-akarnya, begitulah nasehatnya.
Nasehat dari Waliyullah wanita putri Sunan Ampel itu kemudian dituruti oleh Panembahan Ratu, Cirebon dibuat sunyi, sehingga Nyi Gedeng Dempul menganggap Cirebon sudah tidak sanggup menghadapinya.
Dengan kekuatan penuh, Nyi Gedeng Dempul kemudian melakukan serangan besar-besaran ke Cirebon, melibatkan seluruh pemberontak, serangan ini dipimpin sendiri olehnya. Ketika ribuan pemberontak memasuki batas gerbang kota Cirebon, yaitu diwilayah yang disebut Karanggetas, Pasukan Nyi Gedeng Dempul dihalau oleh pasukan Cirebon, mereka dikepung dari segala penjuru.
Baca Juga:Pria Pakistan Diduga Tembak Mati Bayi Perempuannya karena Ingin Anak Laki-LakiIntip Keseruan Raffi Ahmad Ikut Lomba Tembak Piala Danpaspampres 2022
Perang besarpun kemudian meletus di Karanggetas. Para Pemberontak ahirnya dapat dilumpukan, mereka dibuat tak berkuitik, bahkan mereka merasa kesaktian mereka hilang ketika memasuki Karanggetas, inilah sebabnya wilayah itu disebut Karaggetas, sebab konon, bila seseorang berniat buruk pada Cirebon, maka sesakti apapun dia manakala memasuki Karanggetas maka seketika kesaktiannya getas/tumpul, sebab itulah wilayah itu dinamakan Karanggetas.
Nyi Gedeng Dempul bersama sisa-sisa pasukannya yang masih hidup kemudian di seret ke Istana, mereka diadili, sebagaiannya dipenjara, akan tetapi ketika dalam pengadilan rupanya Nyi Gedeng Dempul bertaubat dan berjanji tidak akan memberontak lagi, ia pun mengakui Panembahan Ratu sebagai Sultan yang patut disembah dan dijungjung.
Karena merasa iba, dan pertimbangan persaudaraan dengan orang-orang Panjunan, Panembahan Ratu kemudian dikisahkan mengampuni Nyi Gedeng Dempul, ia pun kemudian dikembalikan lagi ke Panjunan sebagai orang terhormat.
Begitulah kisah mengenai pemberontakan Nyi Gedeng Dempul yang menghebohkan Cirebon, kisah mengenai pemberontakan ini dapat ditemui dalam naskah Mertasinga pupuh LXVIII.07-LXIX.08. Tapi kelak, di abad 18 ketika Cirebon sudah terpecah menjadi beberapa Kerajaan, keturunan dari Nyi Gedeng Dempul ini adalagi yang melakukan pemberontakan, ia bernama Buyut Urang. (*)