Upaya Nyi Gedeng Dempul dalam melatih dan mengumpulakan orang-orang yang bersedia melakukan pemberontakan itu rupanya tercium oleh pihak Kesultanan, tanpa menunggu lama, Patih Rudumada kemudian bertolak ke Hutan Bakung untuk melakukan penyergapan, akan tetapi sesampainya disana rupanya para Pemberontak telah menyingkir ke Junti, Patih kemudian mengejar pemberontak itu ke Junti, namun sesampainya di Junti rupanya pemberontak itu kembali menyingkir ke Kandanghaur.
Tanpa pikir Panjang, pasukan Patih Rudumada terus melakukan pengejaran ke Kandanghaur, tapi lagi-lagi pasukan Pemberontak itu rupanya telah menyingkir ke suatu daerah yang disebut Pesisir Ujung Tanah, sang Patih kali ini bergerak cepat dan langsung menuju ke Pesisir Ujung Tanah, benar saja sesamapainya ditempat itu mereka menjumpai Pasukan Nyi Gedeng Dempul.
Perang besar antara kedua pasukan kemudian meletus, tentara Cirebon berhasil membuat kocar-kacir Pasukan Nyi Gedeng Dempul, mereka banyak yang mati, akan tetapi pasukan mereka banyak sekali sehingga seperti tidak habis-habis.
Baca Juga:Pria Pakistan Diduga Tembak Mati Bayi Perempuannya karena Ingin Anak Laki-LakiIntip Keseruan Raffi Ahmad Ikut Lomba Tembak Piala Danpaspampres 2022
Pasukan Cirebon yang lebih terlatih mampu mengendalikan peperangan, namun tak sanggup untuk segera mematahkan para pemberontak, meskipun demikian pemberontak dalam perang ini kalah telak, merekapun lari tanpa arah, bersembunyi digunung-gunug dan hutan menghindari kejaran tentara Cirebon.
Dalam peperangan itu, Nyi Gedeng Dempul selamat, dan kembali menyusun kekuatannya. Nyi Gedeng Dempul membuat huru-hara, mereka merampoki penduduk dan para musafir yang ditemuinya, sehingga rakyat menjadi tidak tentram.
Hasil rampokan Nyi Gedeng Dempul ini kemudian dapat digunakan lagi untuk membiyayai pemberontakan, mereka menyusun ulang kekuatan tempurnya dengan matang, harapanya agar mampu menghantam tentara Cirebon.
Patih Rudumada yang sudah muak dengan kelakuan para Pemberontak terus melakukan pengejaran pada Grombolan pemberontak, namun meskipun setiap kali perang selalu menang akan tetapi pasukan Pemberontak itu sepertinya tidak habis-habis, bahkan sulit sekali untuk menangkap Nyi Gedeng Dempul. Sang Patih pun merasa putus asa dan melaporkanya kepada Panembahan Ratu.
Waktu itu, di Cirebon sudah tidak ada lagi Wali, tidak ada penasehat kerajaan, hanya saja waktu itu Cirebon kedatangan seorang Wali Wanita bernama Nyi Gedeng Pancuran, beliaulah yang kemudian memberi nasehat kepada Panembahan Ratu mengenai bagaimana caranya menghadapi pemberontakan Nyi Gedeng Dempul.