SELEPAS wafatnya Sunan Gunung Jati, serta beralihnya tahta kerajaan pada Panembahan Ratu rupanya pemberontakan demi pemberontakan terjadi di Cirebon, Jika dahulu ketika Panembahan Ratu baru dilantik , Kuningan yang memberontak , maka setelah itu muncul lagi pemberontakan yang lebih dahsyat, yaitu pemberontakan orang-orang Panjunan yang dipimpin oleh Nyi Gedeng Dempul.
Pemberontakan Nyi Gedeng Dempul Pada Panembahan Ratu, Raja Cirebon ke dua itu dikisahkan merepotkan barisan tentara Cirebon, bahkan Patih Rudamada merasa kewalahan sebab para pemberontak ini seperti tidak habis-habis, mereka jumlahnya sangat banyak.
Nyi Gedeng Dempul merupakan tokoh yang dituakan di Panjunan, dahulu sebelum ada Kesultanan Cirebon, Panjunan telah lebih dahulu ada di wilayah Cirebon, salah satu peninggalan yang dapat dilihat dari peradaban Panjunan adalah Masjid Merah Panjunan, masjid itu dikisahkan lebih tua umurnya dari Masjid Agung Kesultanan Cirebon.
Baca Juga:Pria Pakistan Diduga Tembak Mati Bayi Perempuannya karena Ingin Anak Laki-LakiIntip Keseruan Raffi Ahmad Ikut Lomba Tembak Piala Danpaspampres 2022
Waktu Sunan Gunug Jati masih hidup, orang-orang Panjunan mengakui kealiman Sunan Gunug Jati, sehingga meskipun mereka lebih tua, akan tetapi mereka bersedia untuk tunduk dan dibawah Sunan Gunung Jati.
Pada masa Sunan Gunug Jati memerintah maupun setelah kewafatannya, banyak orang-orang Panjunan yang diangkat menjadi orang-orang penting di Istana, salah satunya adalah Patih Rudumada, beliau merupakan Patih kelahiran Panjunan.
Jika waktu diperintah Sunan Gunug Jati, Nyi Ageng Dempul sudi menyembah, maka tidak demikian ketika Cirebon diperintah Panembahan Ratu, sebab Nyi Ageng Dempul merasa lebih alim dari Panembahan Ratu. Ia pun kemudian melancarkan pemberontakan yang tujuannya merampas tahta kerajaan dari Panembahan Ratu.
Panembahan Ratu yang mempunyai nama asli Pangeran Agung adalah cicit dari Sunan Gunung Jati, beliau merupakan anak dari Pangeran Dipati Carbon I bin Pangeran Pasarean, saat dilantik menjadi Sultan Cirebon umurnya baru 12 tahun, sebab itulah banyak wilayah-wilayah di Cirebon yang ingin memerdekakan diri mengingat Sultan mereka dianggap sama sekali tidak berwibawa.
Gerakan pemberontakan yang dilancarkan oleh Nyi Gedeng Dempul dimulai dari pengumpulan dan pelatihan kepada calon pemberontak, pelatihan pasukan pemberontak itu dipusatkan di hutan Bakung, mereka dididik ilmu-ilmu peperangan dan silat sebagai upaya merebut Cirebon.