CHINA mengaku telah mengalami serangan siber terus menerus sejak Februari lalu, di mana alamat internet dari Amerika Serikat telah digunakan untuk menguasai komputer China, yang kemudian menargetkan Belarus, Rusia dan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh kantor berita Xinhua, pada Jumat, 11 Maret.
Kantor berita itu mengutip pernyataan Tim Teknis Tanggap Darurat Jaringan Komputer Nasional/Pusat Koordinasi China (CNCERT/CC), sebuah pusat teknis keamanan siber yang memimpin upaya untuk mencegah dan mendeteksi ancaman keamanan siber ke China.
“Pemantauan oleh CNCERT/CC menemukan bahwa sejak akhir Februari, internet China terus-menerus menghadapi serangan siber dari luar negeri. Kelompok-kelompok luar negeri ini menyerang dengan mengambil alih komputer di China untuk melakukan serangan siber ke Rusia, Ukraina, dan Belarusia,” tulis laporan tersebut, seperti dikutip oleh Reuters.
Baca Juga:Dior Buka Kemnbali Toko Andalannya Setelah Dua Tahun, Ada Museum Bersejarah di Gerai Avenue MontaigneSaat Berolahraga Teratur Tapi Tetap Merokok, Begini Dampaknya
“Setelah analisis, sebagian besar alamat untuk serangan ini berasal dari Amerika Serikat,” tambah laporan itu. Laporan juga menyebut bahwa beberapa serangan juga datang dari negara lain seperti Jerman dan Belanda.
Serangan siber telah menjadi titik utama ketegangan antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan China. Sebelumnya, karena Amerika Serikat menuduh China melakukan kampanye spionase siber global.
Sebaliknya, China mengatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan siber dan menyebut tuduhan semacam itu sebagai “noda jahat”. (*)