WAKIL Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov menuduh Amerika Serikat selalu berusaha memprovokasi Ukraina untuk terus melawan. Pengiriman bantuan senjata tambahan senilai 200 juta dolar AS, atau senilai Rp2,8 triliun menjadi alasan Rusia menuding provokasi Amerika.
Presiden AS, Joe Biden pada Sabtu 12 Maret menandatangani tambahan bantuan senjata untuk Ukraina. Persenjataan yang dikirimkan ke Ukraina kebanyakan berupa senjata ringan antitank dan penangkal serangan udara.
Jika dihitung sejak terlibat konflik dengan Rusia dalam perebutan Semenanjung Krimea pada 2014, bantuan persenjataan Amerika untuk Ukraina sudah mencapai 3,2 miliar dolar AS, atau Rp45,8 triliun.
Baca Juga:Kisah Pengungsi Ukraina Mendapatkan Tempat Aman dari Aplikasi TinderMahfud MD Sebut Tanah dan Air yang Dibawa Para Gubernur ke Ibu Kota Negara sebagai Simbol Keberagaman dan Kebersatuan
“Amerika telah memperumit situasi dan meningkatkan ketegangan dengan terus memberikan tambahan persenjataan,” kata Ryabov seperti dikutip kantor berita Rusia, Tass.
Melalui Ryabkov, Rusia menegaskan bahwa setiap serangan yang disasarkan pada konvoi pengiriman persenjataan ke Ukraina adalah sah. Rusia mengatakan siap menanggung risiko jika tindakan mereka akan memperluas perang.Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, pihaknya sejauh ini sudah menghancurkan 3.687 instalasi militer Ukraina.
Sementara itu kantor berita Rusia, RIA mengutip pernyataan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov yang mengatakan bahwa perundingan damai dengan Ukraina masih terus dilakukan melalui tautan video. Meskipun demikian, belum ada kesepakatan yang dicapai antara dua negara yang berseteru tersebut.