MENTERI Keuangan El Salvador Alejandro Zelaya mengatakan pada Jumat, 11 Maret bahwa negaranya sedang mencari waktu yang tepat untuk meluncurkan obligasi yang didukung bitcoin. Peluncuran itu bisa terjadi antara 15 dan 20 Maret, tetapi mungkin tergantung pada situasi perang di Ukraina.
Presiden El Savador, Nayib Bukele ingin menerbitkan obligasi pertama yang didukung bitcoin senilai 1 miliar dolar AS (Rp14,3 triliun) di negaranya bulan ini. Ia ingin menggunakan hasilnya untuk membeli lebih banyak cryptocurrency dan membangun “Bitcoin City”. Ini adalah sebuah kota metropolitan yang direncanakan yang akan menggunakan energi panas bumi dari gunung berapi terdekat untuk “menambang” koin digital.
“Kami percaya bahwa antara 15 dan 20 Maret adalah waktu yang tepat. Kami memiliki alat yang hampir selesai. Tetapi konteks internasional akan memberi tahu kami … Saya tidak mengharapkan perang di Ukraina,” kata Zelaya kepada saluran TV lokal.
Baca Juga:Hary Tanoesoedibjo Sebut MNC Digital Bakal Merambah ke MetaversePrakiraan Cuaca 13 Maret, BMKG: Hujan Guyur Wilayah DKI Jakarta
Obligasi tersebut telah menghadapi hambatan karena volatilitas yang meningkat dan mengguncang cryptocurrency, saat invasi Rusia ke Ukraina yang menambah ketidakpastian.
“Kami masih menyelesaikan beberapa detail, hampir semuanya sudah siap, masalahnya ada juga masalah waktu,” kata Zelaya, seperti dikutip Reuters.
Sebelumnya Bitcoin, telah mencapai rekor tertinggi di atas 67.500 dolar AS (Rp967 juta) pada awal November, tetapi kehilangan hampir setengah nilainya pada 22 Januari. Ini menyebabkan masa depan Bitcoin City ala El Savador menjadi terganggu. Namun Bukele tetap optimistis bahwa proyeknya itu akan selesai.
Seperti halnya proyek Ibu Kota Nusantara di Indonesia, pembangunan Bitcoin City di El Savador juga menghadapi tantangan dari dalam negeri. Namun kota yang akan dibangun Bukele ini lebih parah, karena juga disorot miring oleh lembaga keuangan internasional. (*)