Mengenai keberadaan komplek makam Pangeran Selawe juga terdapat persoalan. Babad Dermayu menyebutkan bahwa Pangeran Guru beserta pengikutnya yang berjumlah 24 semuanya mati terbunuh oleh Endang Darma. Namun pada komplek makam Pangeran Selawe, kubur nomor 2 dipercaya sebagai makam Endang Darma. Mengenai hal ini mungkin sudah menjadi suatu khasanah tersendiri bagi Indramayu.
Di situs Pabean Ilir terdapat makam Syekh Datuk Khapi. Sementara itu di Stana Bojong Dermayu, desa Bojongsari juga terdapat makam Syekh datuk Khapi. Selain itu di Desa Paoman dapat dijumpai makam para walisanga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komplek makam Pangeran Selawe sebenarnya bukan makam dalam arti kuburan tetapi merupakan makam dalam arti petilasan.
Dengan demikian kekalahan Pangeran Guru beserta pengikutnya bukan berarti kematian secara fisik. Dalam sumber yang lain pun tidak diceritakan di mana Pangeran Guru atau Arya Dilah atau Arya Damar meninggal.
Baca Juga:Ada Kabar Varian Covid-19 Deltacron di Eropa, Ini Kata Juru Bicara Vaksinasi KemenkesMardani Ali Sera Tanggapi Hengkangnya SoftBank dari Proyek Ibu Kota Baru: Semoga Tak Jadi Snowball Effect
Persoalan antara Indramayu dengan Palembang semakin terang. Pangeran Guru yang juga bernama Arya Dilah atau Arya Damar adalah putra raja Brawijaya, juga merupakan wakil raja Majapahit di Palembang. Kaitannya dengan Indramayu berkenaan dengan masalah politik ketika itu, yaitu tidak berkenan bila Indramayu berkembang sebagai kekuatan politik yang menjadi saingan Majapahit pada masa awal Islam.
Keterkaitan ini ditunjukkan pada satu-satunya nisan yang terdapat di komplek makam Pangeran Selawe yang menunjukkan adanya motif hias Surya Majapahit. Motif ini merupakan lambang regalia Majaphit. Dengan demikian antara Babad Dermayu dengan bukti arkeologis yang terdapat di komplek makam tersebut terdapat kesesuaian. (*)