PENDAKWAH Sugi Nur Raharja alias Gus Nur angkat bicara terkait dokter Sunardi yang tewas ditembak mati Tim Densus 88 Antiteror. Dia tak habis pikir dokter Sunardi berstatus tersangka terorisme.
“Saya cari berita, saya searching seharian, gedung mana yang dibom? Sekolah mana, gereja mana yang dibom dokter Sunardi? Korban-korban yang dibunuh dokter Sunardi apakah ribuan? Saya cari seharian, tapi tidak ketemu,” kata pria yang menyematkan “Gus” di awal namanya “Nur” itu, dikutip dari akun YouTubenya, Gus Nur 13 Official, Sabtu 12 Maret.
Awalnya Gus Nur bersaksi dokter Sunardi merupakan orang baik. Dia mengatakan, dokter Sunardi kerap melakukan sejumlah upaya membantu masyarakat dengan tindakan dermawan.
Baca Juga:Periksa Bupati Karimun, KPK Dalami Aliran Uang Pengurusan DAK 2018YouTube Blokir Akses Secara Global ke Saluran Terkait Media yang Didanai Pemerintah Rusia
Gus Nur pun mengaku kecewa dengan tindakan kepolisian mencabut nyawa dokter Sunardi. Termasuk cap teroris yang disandingkan dengan nama dokter Sunardi.
Rasa herannya kepada label teroris yang dialamatkan kepada dokter Sunardi membuat Gus Nur mengorek informasi. Dia mencari tahu lewat internet terkait gedung atau bangunan mana yang pernah dibom dokter Sunardi menyusup cap teroris itu
Namun, apa yang ditemukannya tidak ada. Malah sebaliknya, kata dia, dokter Sunardi kerap membantu sesama. Sebagai dokter yang tergabung dalam organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Gus Nur menyebut, yang bersangkutan merupakan aktivis kemanusiaan.
“Yang ada dokter Sunardi itu aktivis kemanusiaan, penulis buku berfaedah, dokter yang gratiskan pasiennya, stroke ringan, jalan saja enggak bisa, jalan eggak bisa, susah,” tutur Gus Nur.
Sebelumnya, pegiat media sosial Denny Siregar meminta masyarakat tidak mempermasalahkan Sunardi yang berstatus dokter sekaligus tersangka terorisme ditembak mati Tim Densus 88 Antiteror.
Menurut Denny, profesi apapun yang dijalani seseorang bisa terafiliasi dengan gerakan radikal. Begitu juga Sunardi yang tergabung dalam IDI.
Bahkan Denny mengklaim dewan syariah nasional yang kerap menerbitkan fatwa di Indonesia juga sudah disusupi radikal. Denny pun meminta agar masyarakat tidak merasa heran.
Baca Juga:SoftBank Dipastikan Batal Investasi di Proyek Pembangunan Ibu Kota NegaraPerkuat Transformasi Pranata Humas, Tunjangan Dinaikkan hingga Rp850.000, Ketum Iprahumas: Terima Kasih Pak Jokowi
“Gak usah kaget deh kalo dia anggota IDI,” kata Denny Siregar lewat akun Twitternya pada Jumat 11 Maret. (*)