KESABARAN merupakan konsep yang cukup sulit dijelaskan pada anak-anak, kecuali para orangtua mencontohkan secara langsung. Banyak orangtua juga merasa perlu menunda melatih kesabaran anak. Namun, kesabaran merupakan keterampilan dalam mengembangkan hubungan yang sehat, mengenali dan mengontrol emosi, hingga membantu anak-anak mengembangkan prestasi akademik.
Menurut Roni Leiderman, Ph.D. dari Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies di Nova Southeastern University, balita memiliki temperamen yang berbeda. Mereka bisa belajar kesabaran dengan berbagai cara. Paling penting, Anda perlu mengamati dan memahami temperamen sang buah hati. Tujuannya untuk menemukan teknik mengelola situasi dan cara yang cocok mengajarkan kesabaran pada mereka.
kesabaran pada anak sejak dini? Dilansir laman parenting Baby Sparks, Kamis, 10 Maret, berikut cara-cara yang bisa Anda lakukan.
Baca Juga:Tips Disiplinkan Anak Tanpa KekerasanUpaya Rusia Legalkan Kebijakan Kripto
1. Letakkan harapan yang realistis
Dalam hal mengajarkan kesabaran, parents perlu meletakkan kesabaran pada posisi yang paling realistis. Perlu diingat juga, ketika seorang balita merasa lapar, lelah, atau hanya membutuhkan perhatian lebih merupakan bukan waktu yang tepat untuk mengajarkan kesabaran padanya. Maka kenali situasi secara tepat dan mengajarkan kesabaran butuh waktu yang tidak sebentar.
2. Mainkan permainan menunggu
Anda bisa membuat aturan permainan “Sabar, sabar” untuk satu waktu bermain. Misalnya dengan bermain bersama bergiliran dan menunggu bagiannya bermain. Menunggu, merupakan teknik paling mudah untuk memberikan arahan tentang bagaimana sabar dan mengelola diri.
3. Akui tantangannya
Menunggu bagi balita bukan soal yang mudah. Anda perlu turun ke level mereka untuk mengakui tantangannya tidak mudah. Seperti dengan memberi pemahaman tentang pengorbanan menunggu bisa sangat membantu.
4. Jangan memberikan ‘imbalan’
Imbalan berupa pujian dan penguatan positif harus diberikan pada saat yang tepat. Pada saat buah hati mempraktikkan kesabaran secara pas, maka berikan pujian. Namun, hindari memberikan ‘suap’ ketika ia berhasil bersabar dan duduk menunggu untuk mendapatkan sepotong kue favoritnya.
Ide memberikan imbalan berbasis penghargaan ini bisa menyebabkan masalah. Terutama berkaitan dengan pengaturan diri bagi anak-anak di masa depannya. Idenya, pahamkan bahwa mereka bisa bergerak ke aktivitas selanjutnya setelah berhasil menunggu dengan sabar.