HAMPIR dua juta orang, atau sekitar setengah dari populasi ibu kota Ukraina, Kyiv, telah melarikan diri akibat invansi Rusia.
Laporan itu terjadi saat pasukan Kremlin terus merangsek maju ke kota tersebut. Pada Kamis (10/3), Walikota Kyiv, Vitali Klitschko mengonfirmasi bahwa satu dari dua penduduk Kyiv telah meninggalkan kota.
“Dari informasi kami, satu dari dua penduduk Kyiv telah meninggalkan kota,” katanya saat berbicara kepada televisi Ukraina.
Baca Juga:Cegah ‘Potensi Tumpahan’, WHO Sarankan Ukraina Hancurkan Patogen Ancaman Tinggi di Laboratorium KesehatanMeski Dikeroyok Sanksi Amerika Serikat dan Sekutu, Presiden Putin Tegaskan Komitmen Rusia Lanjutkan Pengiriman Migas ke Eropa
Wilayah Kyiv yang lebih besar memiliki populasi sekitar 3,5 juta orang tahun lalu, menurut citypopulation.de, sebuah situs web yang melacak statistik populasi di seluruh dunia.
Pasukan Rusia telah mencapai tepi timur laut kota tersebut, dengan pertempuran sengit untuk menguasai jalan raya utama dilaporkan terjadi semalaman. Moskow juga telah membuat kemajuan melawan kota Kharkiv di timur dan Mykolaiv di selatan, di tengah pertempuran sengit.
Klitschko mengatakan bahwa ibukota telah ‘diubah menjadi benteng’.
“Sedikit kurang dari 2 juta orang saat ini telah pergi. Namun, Kyiv telah berubah menjadi benteng. Setiap jalan, bangunan, pos pemeriksaan telah dibentengi,” katanya, dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, pada Rabu (9/3), dua bom menghantam sebuah rumah sakit di sebuah kota di sebelah barat Kyiv. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi 18 serangan terhadap fasilitas medis sejak invasi Rusia dimulai dua minggu lalu.
Sebuah serangan udara juga memukul sebuah rumah sakit bersalin dan anak-anak di kota pelabuhan Mariupol. Dalam perkembangan terbaru, tiga orang telah dilaporkan tewas, termasuk seorang anak. Serangan Rusia ini telah menuai kecaman luas.
Namun, Moskow telah mengklaim serangan sebagai berita palsu hingga menyebut insiden ‘disetting’ oleh Ukraina, dengan aktor berpura-pura terluka. Kremlin juga menyebut bahwa rumah sakit tersebut adalah bekas bangunan medis, yang kemudian digunakan sebaga basis para pejuang sayap kanan Ukraina.
Hingga kini, Rusia tidak memberi bukti atas segala klaimnya tersebut.
Sementara Rusia menolak laporan, video dan foto terus bermunculan terkait dengan serangan terhadap rumah sakit anak-anak di Mariupol.
Baca Juga:Moscow Tidak Bergantung Pada Amerika Serikat dan Barat, Menlu Rusia: Saya Tidak Percaya Konflik di Ukraina Berubah Jadi Perang NuklirPenyidik Bareskrim Polri Akan Periksa Istri dan Manajer Doni Salmanan Pekan Depan
“Negara macam apa ini, Federasi Rusia, yang takut pada rumah sakit, takut pada rumah sakit bersalin, dan menghancurkannya?” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertanya dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.