Moskow telah mengatakan, semua tuntutannya, termasuk Kyiv mengambil posisi netral dan membatalkan aspirasi untuk bergabung dengan aliansi NATO, harus dipenuhi untuk mengakhiri serangannya.
Moskow menyebut serangannya sebagai ‘operasi militer khusus’ untuk melucuti senjata Ukraina dan mengusir para pemimpin yang disebutnya “neo-Nazi.” Sementara, Kyiv dan sekutu Baratnya menganggap itu sebagai dalih tak berdasar untuk perang tak beralasan melawan negara demokratis berpenduduk 44 juta orang.
Diketahui, pertemuan kedua menteri luar negeri digelar di Turki, yang berbagi perbatasan maritim dengan Rusia dan Ukraina di Laut Hitam dan memiliki hubungan baik dengan kedua negara. Kendati, Turkir menyebut invasi Rusia tidak dapat diterima dan meminta gencatan senjata mendesak tetapi menentang sanksi terhadap Moskow.
Baca Juga:Amerika Serikat Membantah Tuduhan Rusia Sebut Washington Mengoperasikan Laboratorium Biowarfare di UkrainaPakai Peci, Duta Besar Ukraina Vasyl Hamianin Kunjungi Muhammadiyah, Minta Dukungan Cegah Bencana Kemanusiaan karena Invasi Rusia
Sementara menjalin hubungan dekat dengan Rusia pada energi, pertahanan, dan perdagangan, dan sangat bergantung pada turis Rusia, Turki juga telah menjual drone ke Ukraina, membuat marah Moskow.