MENTERI Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengkonfirmasi dirinya akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, di sela-sela Forum Diplomasi Antalya, minggu ini menyusul proposal Turki untuk menyatukan dua diplomat top di tengah ketegangan yang terus berlanjut.
“Saat ini pertemuan direncanakan tanggal 10 (Maret). Mari kita lihat, apakah dia terbang ke Antalya, maka saya akan terbang juga. Mari duduk, mari kita bicara,” kata Kuleba dalam pesan video, dikutip dari Daily Sabah 9 Maret.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Cavuşoğlu sebelumnya mengatakan, kedua belah pihak diharapkan berada di Kota Antalya, Turki pada 10 Maret. Pembicaraan akan diadakan dalam format trilateral.
Baca Juga:Bantu Ukraina, Jepang Kirim Rompi Anti-peluru dan Helm MiliterTakut Konflik dengan Rusia? Amerika Serikat Tolak Tawaran Kejutan Polandia Berikan Jet Tempur MiG-29 untuk Ukraina
Jika Lavrov siap untuk pembicaraan serius, kami akan berbicara dari diplomat ke diplomat. Tetapi jika Lavrov mulai mengulangi propaganda absurd yang telah dilontarkan akhir-akhir ini, saya akan memberinya ketegasan kebenaran yang layak diterimanya,” tegas Kuleba.
Diplomat itu mengatakan negaranya juga tidak tertutup untuk pembicaraan langsung antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mengekspresikan harapan bahwa pertemuan itu “akan menjadi titik balik” dan “langkah penting” menuju perdamaian dan stabilitas, menteri luar negeri Turki mengatakan pada hari Senin bahwa Ankara akan “terus melakukan upaya untuk perdamaian abadi.”.
Turki telah berusaha untuk menengahi antara Rusia dan Ukraina dan menawarkan pada beberapa kesempatan untuk menjadi tuan rumah pembicaraan.
Mempertahankan sikap netral dan seimbangnya, Turki melanjutkan upaya diplomatiknya untuk meredakan konflik Ukraina, mendesak semua pihak untuk menahan diri. Sementara Ankara menentang sanksi internasional yang dirancang untuk mengisolasi Moskow, mereka juga menutup Bosporus dan Dardanelles di bawah pakta 1936, yang memungkinkannya untuk mencegah beberapa kapal Rusia melintasi Selat Turki.
Untuk diketahui, di bawah Konvensi Montreux 1936, anggota NATO Turki memiliki kendali atas selat Bosporus dan Dardanelles yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Hitam. Pakta tersebut memberi Ankara kekuatan untuk mengatur transit kapal perang angkatan
laut dan menutup selat bagi kapal perang asing selama masa perang dan ketika terancam.