DESA Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang terdapat riwayat mitos tersebut pada dasarnya menerangkan kelak Sumedang hanya tinggal sebuah nama karena tanah Sumedang akan tergenangi air.
Sebuah wangsit yang terekam dalam Babon Darmaraja masih melekat dan mengakar di hati sanubari masyarakat Sumedang, khususnya di wilayah Kecamatan Darmaraja. Wangsit itu meramalkan bahwa pada suatu saat Sungai Cimanuk yang bermata air di Garut akan dibendung dan sebagian kawasan yang berada di daerah Sumedang akan digenangi air. Sawah dan ladang akan disulap menjadi sebuah telaga yang besar.
Wangsit dalam Babon Darmaraja tersebut sangat menarik perhatian masyarakat karena kawasan Sumedang akan digenangi air, sawah dan ladang akan disulap menjadi sebuah telaga yang besar. Masyarakat kemudian memandang wangsit yang merupakan ramalan nenek moyang itu perlu diwaspadai terutama setelah di sana dibangun sebuah waduk.
Baca Juga:Kasus Dugaan Penipuan Berkedok Trading Quotex, Doni Salmanan Tersangka Kasus ITE hingga Pencucian UangPolisi Sita iPhone 13, Akun YouTube King Salmanan hingga Transfer Deposit Draw
Saat ini kawasan Darmaraja berada dalam kawasan waduk Jatigede yang benar-benar terwujud hingga msyarakat kehilangan situs-situs budaya yang selama ini dibanggakan oleh masyarakat Darmaraja. Salah satu situs budaya yang dikeramatkan di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja adalah mitos tentang Prabu Aji Putih dan istrinya Ratu Ratna Inten Nawangwulan.
Dalam Babon Darmaraja dikatakan bahwa yang datang pertama kali ke wilayah yang sekarang dinamai Darmaraja adalah orang awam, yaitu pemburu dan pengembara. Kemudian, datang pula golongan resi yang menyebarkan agama. Di antara para resi itulah terdapat seorang resi yang bernama Prabu Resi Agung. Kemudian, Prabu Resi Agung menikah dengan seorang gadis pribumi. Pasangan inilah yang menurunkan seorang putra bernama Aji Putih. Mitos Aji Putih terkenal tidak hanya di Cipaku atau Darmaraja, tetapi terkenal pula ke seluruh wilayah Sumedang. Bahkan, tokoh Aji Putih dipercayai sebagai leluhur Darmaraja, cikal bakal Sumedang.
Mereka menduga pembangunan waduk itu menjadi sumber malapetaka yang membayangkan ramalan yang terdapat dalam Babon Darmaraja menjadi kenyataan. Dengan demikian, keberadaan waduk itu ditafsirkan sebagai realitas yang berkaitan dengan wangsit yang terdapat dalam Babon Darmaraja.
Di sisi lain, wangsit yang terdapat dalam Babon Darmarajaitu saat ini nyaris mendekati kenyataan. Hal itu didukung dengan realitas lain yang terjadi di masyarakat Darmaraja. Realitas tersebut menggambarkan bahwa konon, kata orang-orang tua, pada abad silam di daerah Darmaraja pernah terjadi hujan lebat. Hujan itu mengakibatkan longsor besar dan bongkahan batu dan tanahnya menutupi aliran Sungai Cimanuk yang mengalir di sekitarnya. Perlahan-lahan air sungai menggenangi beberapa kawasan di sekeliling daerah itu. (*)