PASUKAN Rusia yang merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia Ukraina, menempatkan stafnya yang menjalankan fasilitas itu di bawah komando mereka dan membatasi komunikasi dengan dunia luar, kata pengawas nuklir PBB, Minggu.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan ‘sangat prihatin’ tentang perkembangan di Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, mengutip informasi dari regulator nuklir Ukraina.
“Ukraina melaporkan bahwa setiap tindakan manajemen pabrik, termasuk tindakan yang terkait dengan operasi teknis enam unit reaktor, memerlukan persetujuan sebelumnya dari komandan Rusia,” kata IAEA dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 7 Maret.
Baca Juga:Kasus Dugaan Penipuan Berkedok Trading Binary Option, Menjerat Doni Salmanan dan Erwin LaisumanBenarkah Ibunda Tangmo, Berikan Pengampunan karena Kompensasi 30 Juta Baht atau Setara Rp13 Miliar? Begini Faktanya
Dalam perkembangan serius kedua, Ukraina telah melaporkan pasukan Rusia di lokasi tersebut telah mematikan beberapa jaringan seluler dan internet, sehingga informasi yang dapat dipercaya dari situs tersebut tidak dapat diperoleh melalui saluran komunikasi normal,” tambahnya.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan, pasukan Rusia telah menguasai Zaporizhzhia pada Hari Jumat setelah membakar fasilitas pelatihan yang berdekatan. Sementara, Kementerian Pertahanan Rusia menyalahkan serangan itu pada penyabot Ukraina, menyebutnya sebagai ‘provokasi mengerikan’.
Api dengan cepat dipadamkan dan tidak ada kerusakan pada reaktor atau pelepasan bahan radioaktif. Tetapi, insiden tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang konsekuensi yang berpotensi menjadi bencana, jika konflik tersebut merusak salah satu dari empat pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di negara itu.
https://www.youtube.com/watch?v=Xc0jAyFrHn8
Terpisah, Kepala IAEA Rafael Grossi menyuarakan kekhawatirannya atas informasi yang diterima dari pejabat Ukraina, tentang pasukan Rusia yang menempatkan staf di bawah komando mereka.
“Agar dapat mengoperasikan pabrik dengan aman dan selamat, manajemen dan staf harus diizinkan untuk menjalankan tugas vital mereka dalam kondisi stabil tanpa gangguan atau tekanan eksternal yang tidak semestinya,” tandasnya.
IAEA juga menyatakan keprihatinan tentang perkembangan di situs Ukraina lain yang disita oleh Rusia, fasilitas bahan bakar bekas dan limbah radioaktif di Chernobyl, di sebelah pembangkit listrik yang sekarang mati, di mana kecelakaan nuklir terburuk di dunia terjadi pada 1986.
Lebih dari 200 orang di sana, baik staf teknis dan penjaga, belum pergi sejak 23 Februari, sehari sebelum ditangkap, kata IAEA, meskipun badan PBB meminta staf teknis untuk dirotasi dengan alasan keamanan.