Pada 24 Februari 2022 saat invasi pertama Rusia ke Ukraina, harga minyak mentah melonjak menjadi 105 dollar AS per barel pada akhir perdagangan hari itu. Kenaikan harga minyak itu menyebabkan harga komoditas lain ikut bergejolak.
Pada hari yang sama harga kedelai telah tembus 17,5 dolar AS per gantang pada 24 Februari 2022, mencapai level tertinggi sejak September 2012. Harga minyak sawit mentah (CPO) global juga masih bertengger tinggi, yaitu 6.130 ringgit Malaysia per ton. Tidak jauh dari rekor tertinggi pada 21 Februari 2022 yang mencapai 6.158 ringgit Malaysia per ton.
Konflik Ukraina telah membuat harga minyak bumi melonjak ke level tertinggi sejak 2014. Sehingga menambah tekanan inflasi global yang sudah lebih dulu mengkhawatirkan. Harga minyak terus melonjak di atas 100 dolar AS per barel pada pada 2 Maret 2022.
Baca Juga:Minat Relawan Asing Bergabung Bela Ukraina Tidak Surut, Mayoritas Veteran Irak hingga AfghanistanKritis Pedas Sikap Barat, Beri Rusia Sanksi tapi Tutup Mata Kejahatan Israel, Begini Sosok Richard Boyd Barrett
Harga minyak mentah berjangka AS melonjak 7,69 dolar AS per barel menjadi 103,41 dollar AS per barel dan brent (patokan harga minyak mentah) tetap 104,97 dolar AS per barel. Harga gas alam Eropa melonjak hampir 29 persen. Para pedagang di pusat minyak terbesar AS telah menahan impor mereka dari perusahaan Rusia meskipun Gedung Putih mengatakan penjualan minyak bukan target sanksi. Harga minyak maupun gas naik hampir 60 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.
Imbas Bagi Indonesia
Dikutip dari CNBC, Executive Director Emerging Markets Asia, Economic, and Policy Research JP Morgan, Sin Beng Ong, berpendapat bahwa ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina akan merembet ke kenaikan harga komoditas lain. Sejauh ini, konflik kedua negara itu telah menyebabkan harga minyak mentah dunia dan gandum naik.
Industri Indonesia yang terimbas dinamika kondisi global belakangan ini adalah industri tekstil, makanan, dan minuman. Sedangkan di sektor tekstil untuk bahan baku seperti kapas, polyester, dan rayon terkena dampak tidak langsung dari kenaikan harga sejumlah komoditas energi seperti minyak dan gas bumi .
Sedangkan data dari Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) tercatat Ukraina adalah negara pengekspor gandum kedua terbesar ke Indonesia. Pada tahun 2021, impor gandum dari Ukraina mencapai 26,8 persen dari total impor gandum Indonesia sebanyak 11,4 juta ton.