Tahun lalu, di Taman Mataram, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan diresmikan patung kosmonot Uni Soviet Yuri Alekseyevich Gagarin, manusia pertama yang menjelajah angkasa di tahun 1961. Patung karya seniman Rusia AD Leonov itu menandai 70 tahun jejak hubungan diplomatik Indonesia – Rusia.
Atau kalau mau mundur kebelakang, ada banyak jejak hubungan Indonesia – Rusia (Uni Soviet). Di Menteng Raya, Jakarta Pusat terdapat Tugu Tani atau Patung Pahlawan. Monumen karya pematung tersohor Rusia Matvey Manizer dan Otto Manizer, hadiah dari pemerintah Uni Soviet yang diresmikan oleh Presiden Sukarno tahun 1963.
Tidak hanya itu, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan di Jakarta Timur dibangun atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan Uni Soviet. Diresmikan tahun 1963 bertepatan dengan peringatan 46 tahun Revolusi Oktober 1917.
Baca Juga:Warga Manokwari Gelar Aksi Pemalangan di Jalan, Diduga Buntut dari Ujaran Kebencian di Media SosialTenggelamnya Kerajaan Manukrawa, Ada Kisah Mistis di Kedalaman Sungai Cimanuk
Tentu tidak bisa dilupakan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Ide Stadion Utama GBK muncul saat Presiden Sukarno berkunjung ke Moscow dan terlaksana berkat dukungan dana maupun asistensi dari para insinyur maupun arsitek Uni Soviet berkolaborasi dengan arsitek Indonesia.
Dengan rekam jejak sejarah hubungan persahabatan panjang, Presiden Jokowi bisa mengambil peran yang lebih besar ketimbang imbauan. Apalagi Presiden Jokowi dalam kapasitas sebagai Ketua G20, kelompok yang terdiri dari 19 negara di dunia, termasuk Rusia ditambah Uni Eropa tentu punya posisi strategis. Ia diharapkan menggunakan pengaruhnya dalam konflik Rusia – Ukraina.
Momentum sebagai Ketua G20 dan posisi Indonesia sebagai tuan rumah atau Presidensi G20 yang akan digelar di Bali November 2022 harus bisa dimanfaatkan untuk mengambil langkah-langkah strategis untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina.
Jika langkah itu diambil, bukan tidak mungkin nama Indonesia akan harum. Secara personal, juga mengangkat nama Jokowi menjadi tokoh dunia dan menjawab segala kritik yang diterimanya dari oposisi.
Peran itu juga sekaligus menjalankan amanat konstitusi. Amanat UUD 1945 di mana Indonesia menganut politik bebas aktif dan menjaga perdamaian dunia. Seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4; ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Karena invasi Rusia terhadap Ukraina ini mesti diredam. Jangan sampai meluas menjadi Perang Dunia III. Dengan nuklir yang dimiliki Rusia, dan juga NATO, Amerika Serikat serta Uni Eropa rasanya kekhawatiran masyarakat dunia tidak berlebihan. (*)