MASYARAKAT Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan tingginya harga minyak goreng di wilayah tersebut, yang hingga menembus angka Rp40.000 per liter.
“Tadi ada yang jual minyak goreng sampai Rp40.000 per liter. Walau pun mahal ya terpaksa tetap dibeli karena tidak ada lagi yang menjual selain itu. Saat ini selain harganya mahal, stoknya juga langka,” ujar Yanti (30), warga Kecamatan Curup Tengah, Rejang Lebong, sebagaimana dilansir Antara, Minggu, 6 Maret.
Yanti menjelaskan, adanya kelangkaan minyak goreng ini telah menyebabkan harga jualnya melambung tinggi kendati sebelumnya sudah ada operasi pasar yang digelar pemda maupun distributor. Mereka terpaksa membeli minyak goreng ini dengan harga tidak wajar mengingat setiap toko di Kota Curup tidak ada yang menjualnya. kalau pun ada yang menjual, bisa dipastikan harganya sangat mahal.
Baca Juga:TikTok Hentikan Layanan Streaming Langsung dari Rusia Akibat UU Baru versi PutinJapfa Comfeed, Perusahaan Peternakan Milik Handojo Santosa Raup Penjualan Rp44,87 Triliun dan Laba Rp2,13 Triliun di 2021
Sedangkan Rumina (50), salah seorang pemilik toko bahan kebutuhan pokok di kawasan Pasar Atas Curup menjelaskan, jika di tokonya sudah tidak memiliki stok minyak sejak beberapa hari belakangan ini.
“Stoknya sudah habis semua, kalau kemarin masih ada beberapa dus tapi kemudian dibeli pelanggan dan kini belum ada pasokan dari distributor,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UKM Rejang Lebong Upik Zumratul Aini mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 7.000 liter minyak goreng yang akan dijual dalam operasi pasar di sejumlah lokasi di wilayah itu.
“Operasi pasar ini bertujuan untuk mencegah kelangkaan minyak goreng serta mencegah inflasi daerah. Pembelian minyak goreng ini setiap orangnya dibatasi maksimal 2 liter per orangnya dengan harga Rp14.000 per liter,” kata dia.
Stok minyak goreng wilayah itu berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, dari distributor maupun Bulog Rejang Lebong jumlah cukup banyak, namun karena ada masyarakat yang melakukan pembelian dalam jumlah banyak atau sehingga terjadi kenaikan harga. (*)