“Mulai tahun 60an itu juga Galva mulai melirik usaha pemasaran produk perangkat pengeras suara merek Toa. Dari sekadar agen distribusi, tahun 1975 Galva kemudian beralih membangun pabrik sound system dengan menggandeng Toa dan Sumitomo dengan total investasi sekitar satu juta dolar AS,” tulis buku “Usaha Yang Cocok Untuk Anda” (Jacky Ambadar, Miranti Abidin, Yanty Isa: 2008).
Pada tahun 1975, Toa memulai perkongsian dalam PT Toa Galva Industries. Sebelumnya, pada 1973, Toa sudah menata kantor perwakilan di Indonesia. Sebelum perusahaan itu dibangun, Toa menguasai 90 persen pasar Indonesia.
Pabrik di Indonesia adalah permulaan Toa merambah mancanegara. Dua tahun setelah masuk ke Indonesia, Toa mencatatkan sahamnya di Bursa Saham Osaka.
Baca Juga:Akibat Badai, 1 Unit Longboat Berpenumpang 10 Pemancing Terjebak di Pulau Siburu Mentawai, Berikut IdentitasnyaPLTN Zaporizhzhia Terbesar di Eropa Terbakar Akibat Gempuran Rusia ke Ukraina
Galva yang lahir sejak 1946 di Jakarta itu, menurut situsweb Galva, belakangan tak hanya memasarkan merek Toa saja, tapi juga: Sony, BenQ, Acer juga Samsung. Sebelum orang-orang Indonesia punya barang-barang elektronik yang dipasarkan Galva, namun pengeras suara Toa lebih dulu mereka dengar.
Toa sendiri kini bukan hanya sekadar berbisnis sound system. Ia juga merambah bisnis security system business, dan juga teknologi jaringan. Toa menyebut mereka sebagai perusahaan yang bisnisnya terfokus pada sound system dan security. Bisnis Toa sendiri pada tahun 2017 ini sedikit mengalami perlambatan. Hingga kuartal III 2017, Toa meraup pendapatan hingga 42,504 juta yen, turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,840 juta yen.
Sekarang, Toa sudah menjadi kata ganti atau kata benda untuk menyebut alat pengeras elektronik di Indonesia. (*)