Rusia juga telah dikenakan sanksi penolakan visa dan penutupan wilayah udara Eropa untuk seluruh pesawatnya. Sejumlah negara, termasuk Republik Ceko, Latvia, dan Jepang, juga mengumumkan akan berhenti mengeluarkan visa bagi warga negara Rusia.
Larangan penerbangan dan penolakan visa ini akan mendatangkan konsekuensi serius, tak sekadar menghancurkan liburan musim panas seorang oligarki yang kaya.
Kaum homoseksual di Chechnya, Rusia selatan, khususnya, terancam dibunuh oleh keluarganya sendiri demi kehormatan. Pada 2017, ratusan pria gay ditangkap pasukan keamanan dan disiksa di tempat penahanan rahasia. Beberapa tak pernah terlihat lagi. Meski homofobia yang tersebar luas di seluruh negeri tak begitu fatal, kaum LGBTQ rutin mengalami pelecehan dan diskriminasi.
Baca Juga:Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz Siap DiberangkatkanInvasi Rusia ke Ukraina, Kemlu Evakuasi 6 WNI dan 1 WNA ke Polandia
The Charitable Foundation Sphere, sebuah organisasi HAM LGBTQ di Rusia, khawatir dengan kemungkinan larangan visa, pria gay di Chechnya dan daerah lainnya tak punya tempat untuk melarikan diri.
“Jika penerbitan visa untuk semua warga Rusia dihentikan sementara, itu sama saja dengan skenario mengerikan bagi banyak orang LGBTQ di Rusia yang terkadang terancam nyawanya hanya karena menjadi diri mereka sendiri. Itu berarti rintangan tambahan ketika sudah ada banyak ketidakadilan sosial, di mana kaum LGBTQ tak diperlakukan sebagai warga negara Rusia, melainkan sebagai ancaman bagi ideologi pemerintah atas nilai-nilai tradisional,” ungkap perwakilan organisasi tersebut.
Selain itu, banyak anggota oposisi dan pelapor telah mencari perlindungan di luar negeri, seperti mantan narapidana Sergey Savelyev. Ia membocorkan video penyiksaan sistemik di penjara Rusia, lalu melarikan diri ke Prancis tahun lalu. Ada juga Elena Milashina, reporter yang membeberkan cerita penumpasan gay di Chechnya.
Sementara itu, Inna Pomorina khawatir universitas Eropa akan merusak jembatan dengan institusi Rusia.
“Memotong Rusia dari Barat di bidang akademis akan menjadi pukulan besar tak hanya bagi sains Rusia. Ilmu pengetahuan tak memiliki batas. Namun, para ilmuwan perlu bertuker ide dan praktik. Saya tahu beberapa universitas Inggris kini membatalkan kemitraan Rusia dan saya tak mendukungnya. Ini perangnya Putin, bukan perang rakyat Rusia,” pungkasnya. (*)