AMERIKA Serikat (AS), Uni Eropa, dan sekutu mereka telah merespons invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina dengan mengirim bantuan senjata dan memberlakukan sanksi keras terhadap penyerang. Tindakan anti-Rusia ini mencakup pencekalan negara dari sistem keuangan global serta sanksi individu terhadap Presiden Vladimir Putin dan rekan dekatnya.
“Sudah waktunya untuk menggencet Rusia dari ekonomi global, sedikit demi sedikit,” ungkap Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dilansir dari Al Jazeera.
Namun, banyak warga Rusia merasa mereka mendapat hukuman tak adil akibat aksi pemimpin mereka.
Baca Juga:Satgas Gakkum Operasi Damai Cartenz Siap DiberangkatkanInvasi Rusia ke Ukraina, Kemlu Evakuasi 6 WNI dan 1 WNA ke Polandia
Partai Rusia Bersatu yang dipimpin Putin memegang mayoritas kuat di parlemen. Di sisi lain, penentangnya kerap mengeluh Pemilu negara tersebut tak bebas dan adil. Aksi protes pun pecah atas Pemilu parlemen daerah tahun lalu.
Belum jelas berapa banyak warga Rusia yang mendukung keputusan presiden mereka. Namun, menurut jajak pendapat oleh lembaga survei independen Levada beberapa hari sebelum invasi, hanya 14 persen warga Rusia yang menyalahkan Ukraina atas kebuntuan militer berbulan-bulan sebelumnya.
Sanksi itu dikenakan pada rakyat biasa selama 8 tahun terakhir dan kini ada juga yang baru,” keluh Kirill Fedorov, seorang warga St Petersburg.
Ia merujuk pada sanksi sebelumnya yang dijatuhkan pada Rusia setelah menduduki Wilayah Krimea dan Donbas, Ukraina, pada 2014.
“Sanksi untuk Putin dan oligarkinya baru dijatuhkan beberapa hari lalu setelah sekian lama! Pada saat yang sama, Eropa tahu betul bahwa kami tak memilih Putin dan suara kami tak dihitung. Itu membawa lebih banyak kebencian terhadap Eropa. Dengan menunjukkan sanksi yang berdampak pada rakyat biasa, mereka semakin menunjukkan kalau mereka adalah musuh,” kecamnya
Melarang Rusia dari SWIFT sebagai bagian dari sanksi akan menjadi pukulan besar bagi bank-bank Rusia. Pasalnya, menyelesaikan transaksi keuangan tak akan lagi sederhana bagi bisnis dan pemerintah Rusia,” tambahnya.
Rakyat biasa pun jadi ikut kena imbasnya.
“Mereka bakal sulit bepergian, harga-harga akan naik karena inflasi yang tinggi, banyak yang akan kehilangan pekerjaan, dan perusahaan internasional akan berhenti beroperasi di Rusia,” prediksi Pomorina.