MIMPI buruk rakyat Ukraina menjelma jadi kenyataan. Rusia akhirnya menginvasi negeri pecahan Uni Soviet itu. Hari pertama serangan militer kemarin telah merenggut nyawa puluhan manusia.
Belum jelas perang ini akan berlangsung seberapa lama. Bergantung pada negosiasi negara-negara Barat dengan Rusia, sesuai kepentingan yang dibawa masing-masing.
Tak pelak lagi, pasar finansial langsung shock dan bergejolak. Pasar saham domestic Rusia sendiri rontok. Nilai tukar mata uang rebel melemah tajam sebesar 13%. Pasar saham di Asia juga bertumbangan. Shenzen ditutup melemah 4,72% dan Singapura (STI) terkoreksi 3,45%.
Baca Juga:AS dan Sekutunya Sepakat Blokir Rusia dari Sistem Pembayaran Antar Bank GlobalFakta Kebakaran Tewaskan Ibu dan 2 Balita di Kebayoran
Indonesia pun tak lepas dari imbas turbulensi pasar keuangan global. Namun indeks harga saham gabungan (IHSG) relatif tahan banting dengan hanya terkoreksi sebesar 1,48%.
Kecamuk perang Rusia-Ukraina juga mengguncang pasar saham Eropa. Pada awal perdagangan, saat tulisan ini dibuat, indeks DAX (Jerman) menukik hingga 4,88%, CAC (Prancis) terpangkas 4,51%, dan FTSE (Inggris) merosot 3,1%. Bursa Amerika Serikat tak luput dari imbas negatif. Indeks Dow Jones terkoreksi 1,4% dan Nasdaq terkoreksi 2,57%.
Invasi Rusia ke Ukraina terjadi ketika suasana ekonomi global tengah gloomy. Dunia sedang cemas karena normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diprediksi menaikkan suku bunga lebih agresif, hingga lima kali tahun ini.
Kondisi ini dikhawatirkan memicu pelarian modal dari negara pasar berkembang. Selain mengguncangkan pasar finansial, perang ini telah melambungkan harga minyak mentah dan komoditas.
Harga minyak mentah jenis Brent menembus level psikologis US$ 100 per barel. Har ga gas alam pun demikian, naik hampir 5%. Diprediksi kenaikan masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Kenaikan tensi geopolitik seperti itu memang cenderung menaikkan harga mi nyak. Apalagi kita tahu, Rusia adalah pro dusen minyak terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat, sebesar lebih dari 10 juta barel per hari, atau setara 12,1% produksi minyak global.Harga komoditas lazimnya selalu mengikuti gerak harga minyak. Emas, sebagai safe haven utama, telah mendekati US$ 2.000 per troy ounce. Nikel menembus rekor di atas US$ 26,000 per metrik ton. Timah bertengger jauh di atas US$ 44.000. Harap dimaklumi, Rusia adalah produsen utama komoditas penting, seperti penghasil 43% palladium global, 17% gas alam global, produsen 12,1% minyak bumi, serta penghasil 11% gandum global.